"Halo, anaknya ayah sayang. Di dalem lagi ngapain sih?" Sam mengetuk-etuk pelan perut Dyba.
"Lagi main basket ayah."
Sam melirik Dyba dari bawah, bibirnya ia kerucutkan. "Aneh-aneh aja kamu masa anaknya aku udah main basket."
Dyba terkekeh, ia mencubit pipi Sam. "Lagian kamu juga aneh-aneh pertanyaannya. Dia di dalem bahkan masih bentuknya sebesar kacang merah, udah kamu tanyain kayak gitu."
"Dy, berarti masih kecil banget ya?"
"Kan nanti kita USG, nanti bakalan nampak segimana."
Sam menatap perut Dyba dengan lamat, belum ada perubahan di perut datar istrinya itu. "Dy, pokoknya setiap USG harus ngajak aku."
"Iya sayang."
Sam mengangguk, ia memeluk perut Dyba. Saat ini Dyba duduk di sofa dengan Sam yang duduk di bawah sambil memeluk perut wanita itu. Sam memejamkan matanya saat usapan halus jari-jari Dyba bergerak di rambutnya.
Tiba-tiba satu pemikiran mengganggu Sam, apakah di sana Airin cemburu dengan keberadaan adiknya? Sejak kehamilan ini, baik dirinya dan Dyba belum ada yang didatangi Airin lagi.
Sam menghela nafas panjang, ia semakin membebankan wajahnya di perut Dyba. Kulit perut Dyba yang bersentuhan langsung dengan pipinya membuat sensasi hangat menjalar di wajah Sam. Sam mengecupi perut Dyba, ia menggesekkan hidungnya di perut Dyba.
"Jangan gitu, geli ih."
Ucapan Dyba itu membuat Sam mengangkat kepalanya dari perut Dyba. Ia menatap Dyba dengan polos. "Enak tau, anget-anget gimana gitu."
"Enakan tiduran di roti sobek kamu."
"Sekarang mau?"
"Emang boleh?"
Sam membuka kaus hitamnya, ia bangun dari depan Dyba. Ia duduk di samping Dyba, menyamankan duduknya dengan bersandar di ujung sofa dan merentangkan tangannya. "Silahkan tidur ibu negara."
Dyba tersenyum lebar, ia langsung masuk ke pelukan Sam. Kepalanya ia sandarkan di dada bidang suaminya itu. Tangannya bergerilya di roti sobek Sam.
"Tangan kamu gak usah nakal ya, cukup perut aja jangan ke bawah-bawah lagi. Aku gak mau main solo nanti."
Dyba terkekeh, ia mengecup dada Sam. "Sabun masih banyak kok di kamar mandi."
"Astaghfirullah Dyba, biasanya istri orang tuh ngelarang suaminya main sabun, lah ini malah nawarin sabun."
"Bercanda sayang, bercanda."
Sam memainkan rambut Dyba, rambut yang tidak pernah di cat sejak ia mengenal Dyba. Warna asli rambut Dyba yang memang diturunkan dari Difki.
"Bobok aja kalau mau bobok," ucap Sam saat melihat wanitanya yang menguap.
Dyba meletakkan dagunya di dada Sam, ia menatap suaminya dari bawah. Ia menatap Sam sambil menguap dan langsung ditutup oleh lelaki itu.
"Kalau nguap di tutup, gak baik nguap dibuka gitu."
Dyba menutup mulut Sam saat lelaki itu ikutan menguap. "Kalau ngomongin orang itu sama kamu dilakuin juga. Nguap itu di tutup, gak baik nguap di buka gitu."
Sam tertawa, ia mengigit hidung Dyba. "Nguap kan nular Dy, aku tadi masih nutup mulut kamu jadi gak sempat nutup mulut aku sendiri."
"Sam, aku mau ikutan trend tiktok boleh gak?"
Sam mengangkat kedua alisnya. "Apaan?"
"Itu loh yang pakai lagunya Rihanna yang judulnya Umbrella."
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...