Halo, maaf DySam baru bisa up hari ini setelah seminggu gak ada up. Maaf ya soalnya mood ku lagi hancur, jadi untuk nulis cerita gak ada mood sama sekali.
Semoga suka sama part ini.
Happy reading ^^***
Sam menatap takut kepada dokter dan perawat yang tengah memeriksa istrinya itu. Setelah tadi Dyba pingsan di taman rumah sakit, Sam langsung membawanya masuk dan memanggil dokter. Dan sekarang istrinya itu sudah ada di dalam kamar inapnya, tetapi masih dengan dokter Suci dan beberapa suster yang tengah melihat kondisinya.
Sam menatap dokter Suci saat dokter itu sudah ada di hadapannya dan tengah melepas stetoskop dari telinganya. "Dok, Dyba gimana? Ada yang serius lagi?"
"Apa tadi ibu Dyba melihat sesuatu yang berhubungan dengan anak kecil?"
"Iya, tadi saya sama dia ke taman terus dia lihat ada anak kecil lagi main sama ibunya. Dan di situ dia langsung nangis sambil mukul-mukul dadanya."
Dokter Suci menghela nafas panjang. "Ini yang saya bilang kemarin. Ibu Dyba pasti ada masa di mana ia akan mengingat kejadian ini lagi dan di situ pula dia ngerasa bersalah terhadap dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga anaknya. Dan ya sekarang ia mengalami seperti itu. Apalagi saat melihat anak kecil, jiwa keibuannya bakalan muncul sekaligus dengan rasa bersalah."
"Terus gimana, Dok?"
"Seharusnya ibu Dyba bisa pulang besok, tetapi itu semua harus dibatalkan mengingat kondisinya yang turun lagi. Usahakan jangan membuat ibu Dyba banyak pikiran. Apakah hari ini ibu Dyba ada beban pikiran?"
Sam menatap ragu. "Tadi sahabatnya kecelakaan dan masuk rumah sakit."
"Nah, itu juga penyebab kondisinya menurun kembali. Usahakan jangan banyak gerak karena nanti takutnya jahitannya terlepas lagi. Jangan stress, jangan bertemu dengan anak kecil dulu, jangan buat kelelahan, dan jangan banyak bergerak."
"Baik, Dok. Jadi, berapa lama lagi Dyba bisa pulang?"
"Tergantung kondisinya."
"Baiklah, terima kasih, Dok."
Dokter Suci mengangguk. "Sama-sama, saya tinggal dulu, permisi."
Sam menghela nafas kasar sambil menatap istrinya yang masih menutup matanya. Ia mendekat dan duduk di pinggir ranjang Dyba. Mengelus pipi itu dengan lembut. "Sayang, jangan mikir yang berat-berat dulu dong, kamu buat aku panik."
Hanya helaan nafas teratur itu yang menjawab perkataan Sam. Sam mengecup dahi Dyba dengan lembut. "Aku sayang kamu."
***
"Samudera."
Sam melenguh, ia semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh di depannya ini. Dyba berdecak sebal, kepalanya masih pusing dan suaminya ini malah tidak mau dibangunkan.
"Samudera sayangnya Dyba, bangun dong, kepalaku pusing."
Mendengar bisikan halus itu akhirnya Sam mengerjap-erjapkan matanya. Matanya terbuka lebar saat bola mata biru milik wanita kesayangannya itu sudah terbuka.
Sam dengan spontan melepas pelukannya dan terduduk. "Sayang, apa yang sakit? Perlu aku panggilin dokter? Apa kamu mau sesuatu? Atau gimana?"
"Bawel banget buat aku tambah pusing aja."
Sam memijat-mijat kepala Dyba dengan perlahan. "Pusing banget? Aku panggilin dokter aja ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...