Sam terbangun saat merasakan tepukan di bahunya. Ia mengerjap pelan sambil menatap Nia yang tadi menepuk bahunya. Sam bangun dengan perlahan, takut membangunkan Dyba yang masih pulas dengan tertidur.
"Dy gak ada ngeluh sakit lagi kan?" tanya Difki saat Sam sudah duduk di hadapannya.
Sam menyenderkan tubuhnya di sofa yang ada di ruangan itu, kemudian menggeleng. "Enggak kok, yah. Yah, Bun, apa memang orang mau ngelahirin selalu overthinking?"
Nia mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"
"Sam kepikiran sama omongannya Dy. Dy ngomong pokoknya nanti kalau disuruh milih antara dia sama adek harus milih adek, karena dia gak mau gagal jadi ibu untuk kedua kalinya."
"Persis banget kayak bunda," ucap Difki sambil menatap putrinya yang masih tertidur.
Sam menegakkan punggungnya. "Emang bunda dulu gitu, yah?"
"Iya, dulu bundanya Dyba waktu mau ngelahirin Dyba gitu, trauma karena keguguran juga pasti ada rasa gak nyaman sama apa yang akan terjadi ke depannya. Ayah bahkan udah sampai keringet dingin waktu bundanya Dyba ngomong gitu."
"Sam juga gitu yah, gak enak banget rasanya waktu Dyba ngomong gitu."
Nia tersenyum. "Shalat dulu gih sana, doa sama Allah minta semuanya dilancarkan, semua diselamatkan."
Sam mengangguk, ia berdiri sambil menatap Dyba. "Nda, tolong jagain Dyba dulu ya."
***
Baru saja membuka pintu ruangan Sam dikejutkan dengan suara teriakan Dyba. Sam langsung menghampiri Dyba yang tengah meringis.
"Sayang ...."
Dyba meremas tangan Sam yang berada di pipinya. "Sa- sakit Sam."
"Sam, siap-siap aja udah pembukaan keenam. Kamu di sini kan nemenin Dyba?"
Sam mengangguk dengan cepat. "Jelas, Nda." Satu tangan Sam mengusap keringat yang ada di dahi Dyba. "Cakar, pukul atau apain aku biar kamu gak sakit lagi."
Tidak lama dokter masuk ke ruangan Dyba, mengecek kondisi Dyba dan dokter Suci tersenyum ke arah Sam. "Sudah pembukaan sepuluh, pak."
Tubuh Sam kaku mendengar itu. Jujur, ia takut terhadap apa yang akan terjadi ke depannya. "Dok, ini beneran bisa lahir normal?"
Dokter Suci mengangguk. "Tenang pak, semua pemeriksaan sudah selesai dan kondisi ibu Dyba memungkinkan untuk melahirkan secara normal."
Sam menatap Dyba, tangannya masih di remas dengan kuat oleh Dyba. Kuku-kuku Dyba bahkan beberapa kali menancap di tangannya, tetapi ia tidak peduli itu.
"Sayang, tahan ya."
Dyba meringis, ia dengan kuat menarik Sam agar memeluk tubuhnya. "Sam ... takut."
"Hei, jangan takut, aku di sini." Sam melepas pelukannya saat kaki Dyba sudah mulai direnggangkan. Bunda dan ayah Dyba pun sudah tidak ada di ruangan, dan pintu ruangan Dyba ditutup dengan rapat.
"Baik ibu sudah siap?" Dyba menarik nafas panjang kemudian mengangguk.
"Rileks bu, jangan tegang. Ikuti arahan saya dan jangan sampai ibu menutup mata."
Sam mencium punggung tangan Dyba yang berkeringat. Ia juga merasakan bajunya basah karena keringat, tetapi ia tidak mempedulikan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...