"Sam ...." Panggil Dyba sambil menatap Sam yang tengah tertidur di pangkuannya.
"Apa sayangnya Samudera?"
"Kamu beneran mau wujudin apapun waktu aku ngidam?"
Tangan Sam terulur ke pipi chubby Dyba. "Emang mau apa?"
Dyba menggerakkan-gerakkan bibirnya, ia ingin mengatakan tapi rasanya tidak mungkin akan dikabulkan Sam. Kehamilannya yang sudah di angka lima bulan ini bukannya membuat ia berhenti ngidam, nafsu ngidamnya malah semakin bertambah. Dyba sadar, ngidam nya begitu aneh, terutama di bidang kuliner.
"Mau apa, hmm?"
Dyba menunduk, tidak berani menatap mata itu. "Mau makan es," bisiknya tanpa menatap Sam.
Sam bangun dari pangkuan Dyba, ia duduk di sebelah istrinya. Tangannya menangkup wajah Dyba dan mengarahkan agar mata itu menatap matanya. "Apa sayang?"
"Mau makan es."
Alis Sam naik sebelah. "Es? Ayo beli kalau gitu."
Dyba menggelengkan kepalanya. "Bukan itu."
"Terus es apa?"
Dyba melepas tangan Sam dari pipinya, ia menutup wajahnya sendiri menggunakan kedua tangannya. "Udah lah lupain aja."
Sam menggaruk kepalanya yang tidak gatal, terkadang ia bingung sendiri terhadap ngidam nya Dyba. Sebenarnya, anaknya ini maunya apa sih? Dari kemarin ngidamnya Dyba pasti yang aneh-aneh. Setelah sate 100 tusuk dan dibungkus satu persatu itu besoknya Dyba ngidam makan coco crunch dengan sambal kacang. Selang beberapa hari Dyba ngidam makan sushi tapi dibakar. Sekitar minggu ke-16 Dyba ngidam nasi goreng kantin sekolah SMA mereka. Dua minggu sebelum ini Dyba ngidam kuah seblak, hanya kuahnya karena isiannya bukan krupuk seblak melainkan buah-buahan yang biasa untuk rujak.
Sam menatap istrinya yang sekarang malah mengerucutkan bibirnya sambil menatap layar televisi yang menayangkan sebuah berita yang membuat Sam berpikir keras. Judul beritanya "Prilly makan di piring", jadi selama ini artis itu makan di mana? Daun pisang?
Mengabaikan berita itu Sam memeluk tubuh yang agak gendutan itu dari samping. "Sayangnya Sam mau es apa, hmm?"
Dyba menoleh. "Tapi, beneran mau ngabulin?"
"Ya paling tinggal beli di supermarket kan?"
Gelengan dari perempuan di depannya ini membuat Sam mengerjap. "Lah, terus beli di mana?"
"Tuh kan, kamu belum aku bilang aja udah gitu nadanya!" ucap Dyba sambil berusaha melepas pelukan Sam.
Sam mengeratkan pelukannya. "Astaghfirullah, gak ada maksud gitu. Aku cuma nanya sayang. Jadi, mau es apa?"
Mendengar tidak ada jawaban dari wanitanya membuat Sam melepas pelukannya. Ia merunduk, dan menyingkap kaus Dyba. "Hei anaknya ayah. Kamu sama bunda mau apa sih? Es apa? Kasih tau ayah dong, kalau bunda kamu diem aja kan ayah gak tau harus apa," ucap Sam sambil sesekali melirik ke arah Dyba.
Wajah Dyba memberengut. "Anak kamu gak bakalan bisa jawab atuh."
Sam terkekeh, ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Dyba. Hidungnya ia gesek-gesekkan di hidung Dyba. "Ya bilang sama aku kamu mau es apa?"
"Mau nyemilin es salju."
***
Sam menghela nafas berkali-kali saat menatap tubuh Dyba yang masih terbungkus dengan selimut itu. Setelah semalam ibu hamil itu mengatakan keinginannya, di situ juga wajah Sam langsung berubah. Nyemilin es salju? Iya! Maksud Dyba ya beneran nyemilin salju yang turun langsung. Sam bahkan sampai menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar itu. Semalam setelah mengatakan itu, beberapa menit kemudian Dyba berlari ke kamar dan mengunci pintu kamar mereka tanpa mengatakan apapun kepada Sam. Pagi ini, ia terpaksa masuk menggunakan kunci cadangan karena ia harus ke kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...