Sam membuka pintu kamarnya. Senyumnya mengembang saat melihat pemandangan di depannya. Rion yang tengah memeluk Letta, dan Letta yang menyembunyikan wajahnya di dada Rion. Sam bersyukur, setelah kejadian Rion marah kepadanya beberapa bulan yang lalu, Rion kembali riang lagi. Sam akui, itu memang salahnya.
Sam memegang tangan Dyba yang melingkar di perutnya. "Kok pulang gak nyariin aku?"
Sam terkekeh, ia membawa tangan Dyba untuk diciumnya. "Aku kira kamu sama anak-anak di kamar."
Dyba mengecup punggung Sam, tangannya mengelus-elus perut Sam yang masih terlapis kemeja. "Wangi."
Sam membalikkan badannya, mengangkat tubuh Dyba langsung ke gendongannya. Pintu kamar di belakangnya sudah ia tutup.
"Akhirnya bisa berdua sama kamu," gumam Dyba sambil menghirup wangi leher Sam.
Tangan Sam mengelus punggung Dyba. Ia membawa tubuh itu ke sofa, membaringkan Dyba di sana dengan Sam yang berada di atas tubuh Dyba. "Kangen ya berduaan sama aku?"
Dyba tersenyum, ia mengangguk malu. Sam tersenyum gemas, ia menggigit hidung Dyba. "Lucu banget wajahnya."
Tangan Dyba melingkari leher Sam dengan pipinya yang memerah. Dyba memajukan wajahnya, mengecup bibir Sam dengan kilat.
Satu alis Sam naik dengan bibir yang menyeringai. "Kok sebentar? Lagi dong, yang."
Dyba menggelengkan kepalanya. "Gak mood lagi."
Tubuh Sam menimpa tubuh Dyba, tangan panjang Sam memainkan rambut Dyba. "Terus mood nya ngapain?"
Jari-jari Dyba memilin kerah kemeja Sam. "Mau ...."
Sam mengecup pipi Dyba. "Mau apa cantikku?"
Dyba berbisik di telinga Sam. "Mau cupang, Sam."
Alis Sam terangkat, ia tersenyum geli. "What? Kesambet apa kamu?"
"Ih, ya udah lah gak usah!"
Sam terkekeh, ia mencubit pipi Dyba. "Jangan ngambek cantiknya Sam." Sam menyodorkan lehernya. "Tuh, buat tanda terserah kamu."
Dyba melirik Sam. "Bener?"
Sam tersenyum. "Bener lah. Kenapa sih kamu jadi malu-malu gini? Gemes, sumpah deh."
Dyba menyengir, ia mendekatkan bibirnya ke leher Sam dan mulai membuat tanda di sana. Dan Sam? Jangan tanyakan reaksi lelaki itu bagaimana. Lelaki itu malah tersenyum senang sambil tangannya mengelus-elus kepala Dyba.
Sam mendesis, gerakan Dyba makin lama semakin memancing sesuatu di bawah sana untuk bangun. Tangan wanita itu mengelus perut dan dadanya bergantian.
"Shh ... yang."
Dyba menghentikan gerakannya. Ia menatap polos Sam. "Kenapa?"
"Udah puas belum buatnya? Jangan lama-lama, yang di bawah sana bangun, kamu emang mau tanggung jawab?"
Dyba melirik ke bawah dan ia meneguk ludah kasar. Kembali lagi ke atas dan menatap Sam. "Satu lagi boleh? Nanggung kalau cuma empat."
Sam mengangguk. "Boleh sayang."
Mendengar itu Dyba dengan cepat membuat satu tanda lagi dan tersenyum senang melihat hasilnya di leher Sam. "Wah, berbakat banget aku."
Sam terkekeh, ia menyusupkan wajahnya ke dada Dyba. "Makannya aku gak pernah malu nunjukin ke orang-orang. Ini loh tandanya aku udah punya seseorang yang berharga di hidup aku. Pasangan halal yang memberikan kebahagian. Biarin kalau orang liatin, biarin karyawan aku liatin, orang aku bos nya mau ngapain coba mereka? Gibahin aku, alhamdulillah dosa ku berkurang."
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...