"Adek!!!"
Dyba mengusap dadanya saat teriakan itu menggelegar dan pintu ruangannya terbuka. Dan lagi-lagi, Rion menangis padahal baru sekitar 30 menit putranya itu tertidur. Ia sudah tiga hari berada di sini dan kemungkinan besok ia boleh pulang. Agam, Gean, dan yang lain sudah datang sejak dua hari yang lalu.
"Nah kan adeknya nangis, Bell, udah mama bilangin jangan teriak-teriak."
Bella berlari ke ranjang Dyba, mata bulatnya menatap Dyba polos. "Adeknya nangis gala-gala aku ya tante?"
Dyba meringis, ia bingung harus menjawab apa. "Emm, pokoknya kalau masuk ruangan yang ada adeknya jangan teriak-teriak gitu ya sayang."
Bibir bawah gadis kecil itu sudah maju, ia menatap Rion yang berada di atas dada Dyba kemudian tangisan gadis kecil itu pecah. "Papa! Adek nangis gala-gala aku!"
Dyba meringis sedangkan Bintang langsung menggendong anaknya dan keluar dari ruangan Dyba. Barsha mengusap tengkuknya sambil berjalan ke ranjang Dyba. "Maafin anak gue ya Dy."
"Iya, gak papa kok."
Barsha menatap lekat jagoan Sam dan Dyba itu. "Ganteng kayak ayahnya." Saat melihat delikan Dyba Barsha langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bukan gitu maksud gue. Kan emang anak lo ganteng. Ya masa gue bilang 'ganteng banget kayak lo' kan gak masuk akal Dy."
Barsha memberikan bingkisan yang ia bawa. "Gue cuma bisa bawa ini Dy."
Dyba menatap bingkisan itu, kemudian ia membulatkan matanya. Isinya perlengkapan bayi, bahkan sepertinya hampir semua yang dibutuhkan bayi ada di sana. "Itu lengkap Sha!"
Barsha menyengir. "Gue sebagai yang duluan ngelahirin kan pasti tau."
"Sayang."
"Iya."
Sam dan Dyba kompak melotot, yang menjawab panggilan Sam bukan Dyba, tetapi wanita yang saat ini menyengir tanpa dosa sambil mengangkat jarinya. "Peace, astaghfirullah serem banget tatapan kalian, gue cuma bercanda."
Sam menjitak kepala Barsha. "Jan ngadi-ngadi ya lo!"
Barsha terkekeh. "Bercanda doang pak bos, gue juga udah punya suami sama buntut, gak mungkin gue masih ngejar lo."
Dyba berdecih, selama empat bulanan Barsha menjadi tetangganya ternyata ia lebih mengenal sifat wanita itu. Wanita yang sering menggoda-- menggoda dalam artian seperti tadi, bercanda gitu, wanita yang julidnya minta ampun, dan wanita yang lawak. Mereka berdua bahkan sudah biasa saling menggoda pasangan masing-masing.
"Dy, gue boleh gendong gak sih?"
"Anak gue?"
"Bukan Dy, anak semut sayang. Ya anak lo lah!"
Dyba menunduk, menatap Rion yang ternyata sudah melepas susunya. "Ambil aja."
"Dyba, kamu nyerahin anak kayak nyerahin barang."
Dyba menyengir menatap Sam. "Lagian dia gak mungkin nyantet anak kita kok."
Barsha menggumamkan kata gemas dan ganteng berulang kali saat Rion sudah ada di gendongannya.
"Lo sendiri?"
"Enggak, Bin sama Bella lagi keluar."
Sam hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia merunduk kemudian mengecup dahi Dyba. "Ada yang sakit?"
"Susu aku."
Sam meneguk ludahnya, ia menggaruk kepalanya. "Aku harus ngapain? Bantuin ngisap juga?"
Dyba memukul bahu Sam lumayan keras. "Udah punya anak pun mesumnya gak ilang!"
Bukannya marah Sam malah terkekeh. "Jadi, Sam harus bagaimana ibu negara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...