Karena komen kalian pada buat mood ku naik, jadi oke hari ini double up!
***
"Lipstik."
Sam langsung menatap Dyba. "Ha? Apa Dy?"
Dyba menatap Sam dengan raut kecewanya. Ia menjauhkan tubuhnya dari Sam. "Kamu habis main sama siapa Sam?"
Sam langsung membuka kemejanya, matanya membulat saat ia melihat lipstik ada di kerah kemejanya. Ia menatap Dyba lagi. "Dy, please, aku gak tau ini apa."
Dyba tersenyum masam. "Tadi pagi kita baik-baik aja loh, Sam, terus sekarang kenapa kamu kayak gini?"
Sam mendekati istrinya itu, ia berlutut di depan Dyba. "Sayang, percaya sama aku, aku gak tau ini apaan. Aku tadi ketiduran di kantor, terus langsung pulang."
Dyba berdiri, tidak memperdulikan Sam yang tengah memohon kepadanya. Tanpa menatap Sam, Dyba mengatakan, "Terserah kamu mau tidur di mana, aku mau sendiri dulu."
Sam menundukkan kepalanya, tangannya mengepal. Ini ulah siapa?!
"Oh iya." Mendengar suara Dyba itu Sam langsung mengangkat kepalanya menatap punggung istrinya yang sudah menaiki tangga. "Aku gak mau liat kamu dulu untuk sementara waktu."
Sam berdiri, ia berlari dan memeluk tubuh itu dari belakang. "Dy, Sam mohon, Sam gak tau ini apa."
"Senyenyak apa kamu tidur sampai gak kerasa kalau ada orang yang gituin kamu? Kalau udah bosen sama aku ngomong Sam, aku ikhlas gak ikhlas harus nerima." Dyba menggerak-gerakkan tubuhnya agar pelukan Sam itu terlepas.
Sam menggelengkan kepalanya. "Dy, Sam mohon percaya sama Sam."
"Lepas."
"Dyba, Sam gak tau."
"Aku bilang lepas Sam."
Sam semakin mengeratkan pelukannya. "Sumpah Dy aku gak tau."
"Gue bilang lepas Samudera!" teriakan itu membuat tubuh Sam menegang, ia dengan perlahan melepas pelukannya.
"Sebelum lo ceritain yang sebenarnya, gue gak bakalan mau ketemu sama lo. Gue gak peduli lo mau gimana, tapi bukti lipstik di baju lo udah buktiin semuanya."
"Dyba! Jangan bahasa lo-gue!"
Dyba membalikkan badannya, ia menatap Sam dengan remeh. "Salah lo kenapa buat gue sakit hati. Pertama, lo udah nolak panggilan gue. Kedua, gue di sini khawatirin lo tapi ternyata lo malah enak-enakan sama cewek la-"
"Dy, ta-"
"Gue belum selesai ngomong Samudera! Kalau memang lo gak ada main sama cewek lain, lo buktiin sama gue. Dah, terserah malam ini lo mau tidur di mana, gak peduli gue." Setelah mengatakan itu Dyba pergi meninggalkan Sam.
Sam terduduk di tangga. Ia lelah karena masalah di kantor, tetapi kenapa sekarang malah ada masalah juga di rumah. Nafas Sam memburu, ia berjalan dengan cepat ke belakang dan mengambil asal kaus yang ada di jemuran. Sam mengambil kunci mobilnya lagi dan keluar dari rumah, tujuannya saat ini hanya kantornya.
Mendengar suara deru mobil membuat Dyba mengintip dari jendela. Sebenarnya ada rasa tidak percaya kalau Sam berani bermain di belakangnya, tetapi bukti lipstik tadi membuat pikirannya berkecamuk. Dyba membuka pintu balkon, ia menghirup udara malam yang terasa begitu menusuk tulangnya. Di dudukkan dirinya ke kursi yang sudah disediakan di sana, mulai memeluk lututnya dan memandangi langit gelap, tidak ada bintang sama sekali. Sepertinya semesta mendukung suasana hatinya.
"Airin ... Apa ayah kamu beneran kayak gitu?"
Suara gemuruh dari langit menyadarkannya, ia mengusap pipinya yang entah sejak kapan sudah basah karena air mata. "Jangan marah sama bunda, Rin, bunda gak tau harus apa sekarang."
'Selagi masih ada cincin di jari manis aku, aku gak bakalan bisa ngerubah haluan. Tempat berpulang ku ya kamu. Rumahku yang kamu, gak bakalan aku pulang ke rumah orang lain.'
'Aku sayang kamu, gak ada niat sedikitpun aku mau main belakang dari kamu. Kamu udah sempurna untuk aku. Kamu udah jadi rumahku, tempat aku pulang ya ke kamu. Kamu mau posesif ke aku? Silahkan kok, gak papa. Aku berangkat kerja dulu, jangan mikir yang macem-macem karena aku bakalan selalu di samping kamu.'
Perkataan Sam yang pernah lelaki itu ucapkan terngiang begitu saja di pikiran Dyba. Dyba memukul dadanya keras, kalau memang Sam bermain di belakangnya beneran, dunia Dyba rasanya pasti runtuh.
"Sam, tolong buktiin ke aku semua omongan kamu. Aku butuh bukti bukan janji."
***
Sedangkan Sam di kantornya tengah mengumpat kasar. Saat ini ia tengah melihat CCTV ruangannya, tetapi yang ia dapatkan malah CCTV ruangannya off sejak jam 20.30, dan Sam ingat kalau ia tertidur sekitar jam segitu.
"Bangsat! Siapa yang ngelakuin ini?!"
Tangan Sam mengepal, ia memukul dinding ruangan khusus CCTV itu. Ridho-- pegawai Sam yang memang bertugas di ruangan itu tersentak saat mendengar tumbukan kasar di dinding itu.
"Pak, maaf, saya cuma mau bilang, yang bisa mematikan CCTV di ruangan bapak hanya bapak karena pengaturannya ada di ruangan bapak. Kecuali kalau emang CCTV ruangan bapak di hack sama orang."
Nafas Sam memburu. "Dho, liat CCTV yang ke arah ruangan saya."
Ridho langsung mencari rekaman itu. "Mau dilihat dari jam berapa, Pak?"
"Sekitar jam setengah sembilan itu."
Ridho mengangguk, tetapi kemudian bahunya merosot saat melihat CCTV di jalan menuju ruangan Sam juga mati. "Maaf, Pak, CCTV nya juga mati."
"Bangsat! Siapa yang bertugas jaga malam sebelum kamu?!"
"Deni, Pak."
"Panggil Deni ke sini, saya tidak mau dengar alasan apapun! Bilang sama dia kalau sampai jam setengah sebelas dia belum datang, saya akan langsung memecat dia."
Ridho dengan gemetar langsung mencari nomor Deni, ia menghubungi rekan kerjanya itu sedangkan Sam melihat-lihat apakah ada yang mengganjal atau tidak. Kalau memang CCTV ruangan dan jalan menuju ruangannya di hack itu berarti yang ke ruangannya tadi dan memberikan bekas lipstik itu hacker profesional karena keamanan kantornya sudah ketat. Kalau tidak di hack, berarti hanya ada satu kemungkinan, orang yang dekat dengannya di kantor.
Sam mengeluarkan ponselnya, ia menghubungi Angel. Di dering ketiga panggilannya langsung dijawab oleh perempuan itu. "Saya tidak mau tau, setengah jam lagi kamu sudah sampai di kantor." Setelah itu Sam langsung mematikan sambungannya.
"Pak, mohon maaf kalau saya kepo, kalau boleh tau emang ada masalah apa?"
"Ada bekas lipstik di kerah kemeja saya sedangkan saya tadi ketiduran di ruangan, saya tidak ada bermain dengan siapapun. Naasnya istri saya langsung lihat itu dan sekarang dia marah kepada saya." Sam menatap Ridho. "Kamu tadi ke sini jam berapa?"
"Jam sembilan lebih dikit, saya melihat mobil bapak baru keluar kantor kok."
Sam menghela nafas kasar. "Ada tiga kemungkinan yang terjadi berarti. Pertama, pelakunya memang meng-hack CCTV. Kedua, pelakunya orang yang bisa dengan gampang masuk ke ruangan saya contohnya seperti angel. Atau yang ketiga, petugas CCTV ada yang bermain di belakang."
***
Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁'◡'❁)Jangan lupa vote and comment
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment ceritaku ♡♡19 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...