Sam meremas kasar ponselnya, rahangnya mengeras dan urat-urat di tangannya terlihat. "Dyba."
Ia menarik jasnya dengan kasar dari sandaran kursi, memakainya dengan asal. Ia menutup pintu ruangannya dengan kasar, emosinya sudah berada di puncak. Ingatannya tidak hilang saat wajah Reynold yang terlihat saat ia menelpon Dyba tadi. Bukan hanya itu, Reynold secara tiba-tiba juga mencium pipi Dyba, garis bawahi, Mencium.
Sam menutup pintu mobilnya dengan keras, yang saat ini ia butuhkan hanya menemui wanitanya dan emm mungkin melakukan kegiatan lama yang sudah tidak pernah ia lakukan lagi kepada Dyba.
Sam berdecih saat ponsel miliknya yang berada di samping kursi kemudi berdering menampilkan nama Dyba. Ia meremas setir mobil, kemudian mulai menginjak pedal gas dengan dalam.
"Wanita nakal," desisnya sambil matanya tetap terfokus ke jalanan di depannya.
Perjalanan yang seharusnya memakan waktu tiga puluh menit, sekarang hanya menjadi sepuluh menit saja. Sam menurunkan emosinya dulu, tidak mungkin ia memasuki mall dengan berapi-api seperti ini.
Matanya mengelilingi setiap sudut mall, tidak ia temukan Dyba di lantai satu. Ia menaiki eskalator dan ia langsung menuju toko pakaian yang biasa dimasukin Dyba, tetapi tidak ada juga.
Sam menekan nomer Dyba dan langsung diangkat oleh wanita itu. "Di mana?"
"Sam aku gak-"
"Aku tanya kamu di mana Adyba? Aku belum butuh penjelasan kamu," ucap Sam dengan nada rendah sambil matanya mengelilingi sekitar.
"Udah mau di perjalanan pulang."
Seringai di wajah itu muncul. "Pulang gak ngabarin aku dulu ya. Ya udah, sampai rumah masuk kamar, Rion titipin sama Barsha."
"Sam, tapi-"
"Gak ada tapi-tapian sayang. Ini aku udah mau pulang juga. Siapin susu sama alat-alatnya Rion, titipin ke Barsha biar Rion main sama Bella. Aku sampai rumah udah harus ada di kamar."
Baru saja keluar dan akan memasuki parkiran mobil rahang Sam tambah mengeras melihat siapa orang yang berada di depannya. Reynold Zaki Johnson, ah musuhnya satu ini tidak bisa bersahabat seperti ia dan Erlan. Entah masalah apa yang terjadi sampai Reynold tidak pernah mau berbaikan dan selalu mencari masalah kepadanya.
"Waw, bapak CEO terjun langsung ke lapangan."
Sam menormalkan ekspresi wajahnya, tetapi jangan lupakan tangannya selalu mengepal di bawah sana. "Wah, pengganggu istri orang datang."
"Pipi istri lo empuk loh, gak bisa bayangin gue yang di bawah sana empuknya lebih kayak mana."
Sam melirik sekitar, tidak banyak orang yang berada di sini. Dengan tangan yang mengepal sempurna satu bogeman langsung meluncur ke pipi Reynold.
"Bangsat! Jangan pernah bayangin tubuh istri gue!"
Reynold mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah, jujur kepalanya pusing menghadapi serangan tiba-tiba itu. "Tapi, sumpah empuk banget pipi Dyba. Coba aja lo tadi gak ganggu pasti buah peach alias bibirnya udah gue dapatin."
Satu bogeman meluncur mulus lagi ke pipi kiri Reynold. "Istri gue gak semurahan itu bangsat! Harga diri lo yang murah! Udah tau dia punya suami, bahkan punya anak masih lo gangguin!"
Sam mengelak saat melihat kepalan tangan Reynold akan meluncur ke wajahnya. Sam menendang perut Reynold. Jiwa ketua Terrel nya seketika langsung muncul.
"Kalau gue gak mikir anak sama istri gue, udah gue habisin lo!"
***
Sam menggulung lengan kemejanya sambil menaiki tangga menuju kamarnya dan Dyba. Jas hitam dan ponselnya sudah entar ia lempar ke mana sejak masuk rumah tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...