Tiga orang sudah ada di depan Sam. Sam memandangi satu persatu. Tatapan Sam jatuh kepada sekretarisnya terlebih dahulu.
"Angel."
Angel meneguk ludah dengan susah payah. "Iya, saya. Ada apa, Pak?"
"Kamu pulang jam berapa tadi?"
"Jam lima. Saya kan sudah izin sama bapak saya mau menemani ibu saya kemoterapi, makannya saya izin pulang duluan, tidak menemani bapak lembur."
Sam menghela nafas kasar, ia ingat itu, tetapi entahlah perasaan Sam tidak bisa digambarkan sekarang kecuali hancur. "Kamu tidak kembali lagi setelah itu?"
"Tidak. Setelah ibu saya kemoterapi pasti dia pusing dan muntah-muntah, maka dari itu saya tidak mungkin datang ke sini lagi."
Sam mengalihkan tatapannya ke penjaga CCTV yang saat itu bertugas. "Deni."
"I- iya, Pak."
Dahi Sam mengerut. "Kenapa suara kamu bergetar? Saya belum ada bertanya kepada kamu."
"Maaf pak, saya emang orangnya gampang grogi kayak gini."
"Kamu di mana saat jam setengah sembilan?"
"Saya ke kamar mandi pak."
"Ruangan kamu kunci?"
Deni mengangguk cepat. "Saya kunci."
"Berapa lama kamu di kamar mandi?"
Deni menggaruk hidungnya. "Sekitar 15 menit. Pak, saya tidak tau kalau CCTV ruangan bapak di sabotase."
"Ya sudah." Sam kembali menatap Ridho. "Ridho, kamu tidak melihat siapapun setelah saya keluar dari kantor?"
Ridho menggeleng. "Maaf, Pak, saya tidak melihat orang sama sekali."
Sam tidak menyadari, salah satu dari mereka sebenarnya sudah ada yang berbohong, tetapi Sam tidak bisa membaca situasi itu, pikirannya terlalu kalut.
"Kalian boleh pergi. Tapi, kalau saya tau di antara kalian bertiga ada yang bohong, saya pastikan tidak akan mendapatkan pekerjaan di manapun, bahkan sampai luar kota sekalipun." Sam menatap Ridho. "Dho, jaga CCTV ruangan saya malam ini, saya malam ini tidur di sini. Keluar semua!"
Setelah ketiga orang itu keluar Sam menyadarkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Ia menghirup udara panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Sam mulai memejamkan matanya, kepalanya rasanya sudah berputar.
***
"Assalamu'alaikum ayahnya Airin."
Mata Sam mengerjap, suara imut itu seketika menyentaknya. "Silau," gumam Sam sambil menormalkan penglihatannya.
"Ayah ...."
Sam menatap gadis kecil di depannya ini dengan bingung. "Ayah?"
Airin yang mendengar itu tersenyum dan mengangguk, ia dengan cepat berlari ke arah Sam dan memeluk kaki jenjang itu. Tubuh Sam membeku. "K- kamu Airin? Anaknya ayah?"
Airin mengerucutkan bibirnya. "Kalau ngomong itu lihat ke Airin dong, ayah liatin apasih ke depan mulu?"
Sam merendahkan tubuhnya, ia menumpukan tubuhnya di lutut. Tangannya menangkup wajah imut Airin. "Cantik."
Airin tersenyum lebar. "Iyalah, anaknya ayah sama bunda masa jelek. Ayah gak mau peluk Airin gitu? Iss kalau gak mau peluk Airin mendingan Airin ke bun-"
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...