53

13.8K 1.2K 97
                                    

Sam berdecak saat Rion lagi dan lagi memasukkan tangan mungilnya ke mulutnya sendiri. "Adek, gak boleh dimasukin tangannya."

Bayi dengan berat 5.7 kg itu menatap Sam dengan bibir yang mengerucut menahan tangis. Sam yang melihat itu panik, ia mengambil beberapa mainan kemudian diperlihatkan kepada Rion. "Anak ayah jangan nangis, kamu nangis ayah nanti yang gak dapat jatah dari bunda kamu."

Tangan mungilnya berusaha mengambil mainan yang Sam sodorkan. Sam terkekeh, ia mendekatkan mainan itu dan langsung digenggam oleh Rion.

"Astaghfirullah anak siapa sih ini? Rion yang ganteng, jangan dimakan juga mainannya sayang." Sam dengan lembut berusaha untuk menarik mainan itu dari tangan Rion.

"Aamm ... uumm ...."

Sam menatap Rion takjub, matanya mengerjap-erjap tidak percaya. Baru kali ini Rion menggumamkan kata-kata walaupun hanya gumaman tidak jelas.

"Dyba! Rion dah ngomong!"

Teriakan Sam itu langsung dibalas tangis Rion. Sam tersentak, ia menepuk keningnya sendiri. "Sam goblok," umpatnya pada diri sendiri.

"Samudera Alfa Zudianto! Kamu apain anak aku?!" teriak Dyba dari bawah.

Sam langsung mengangkat Rion ke gendongannya. Ia menepuk-nepuk bokong Rion. "Hust ... diem sayang. Cup, cup, cup, anak ayah yang ganteng, anak ayah yang gembul, jangan nangis sayang."

Sam membawa Rion ke bawah, ia berjalan ke dapur sambil menyenandungkan beberapa lagu.

"Sam, Rion kenapa?" tanya Dyba dengan pakaian yang dipenuhi tepung. Ia sedang belajar membuat jenis-jenis kue kering, seperti kastangel, putri salju, kue semprit, dan kue nastar, entah kenapa ia ingin membuat kue-kue itu.

"Tadi kan aku teriak, mungkin dia kaget."

Dyba berdecak. "Ambilin aja ASI di kulkas itu, aku gak mungkin nyusuin dia penuh tepung gini."

Sam berjalan ke kulkas, tangisan Rion untung saja sudah berhenti. Ia mengambil salah satu botol ASI kemudian menghangatkan di microwave.
Dyba sengaja menyetok ASI di kulkas, takutnya lagi genting seperti ini, atau mungkin Rion nangis saat ia mandi.

"Amm ...."

Dyba langsung membalikkan tubuhnya dan tangannya akan mencubit pipi Rion, tapi kemudian tersadar tangannya penuh tepung akhirnya tidak jadi. "Udah kepengen ngomong ya anak bunda," ucap Dyba sambil menatap Rion yang berada di gendongan Sam.

Saat Rion membuka-buka mulutnya dan menggerak-gerakkan tangannya Dyba tertawa. "Sebentar sayang, bunda masih buat kue."

"Sam, udah lah itu susunya."

Sam mengambil botol ASI dari dalam microwave, sebelum diberikan kepada Rion Sam sempat meneteskan sedikit ke tangannya untuk memastikan agar tidak terlalu panas. "Lebih enak dari sumbernya langsung ya dek."

Sam duduk di meja pantry dengan menggendong Rion dan tangan satunya untuk memegang botol susu. Lelaki itu memperhatikan sang istri yang tetap terlihat cantik dengan tepung-tepung yang ada di bajunya. Biasanya sebelum Rion ada Sam pasti akan memeluk tubuh Dyba dari belakang ketika wanita itu sedang memasak. Tapi, sekarang sudah ada si embul yang harus dijaga ekstra.

"Udah mimiknya?"

"Umm ...." Rion menggerak-gerakkan tangannya kemudian memasukkan jari kecilnya ke mulutnya sendiri.

"Dy, ini loh, kenapa dia sering banget masukin jarinya ke mulut sih?"

Dyba melihat sekilas kemudian terkekeh. "Pertumbuhannya emang gitu Sam. Paling bentar lagi dia bisa miring itu. Lepasin aja kalau tangannya di dalam mulut, takutnya entar ada apa-apa di tangannya."

DySam (After Marriage)  [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang