20

14.6K 1.1K 50
                                    

Kondisi Dyba sudah normal kembali, misi membuat dedek pun sudah mereka lakukan sejak seminggu belakangan. Sam adalah orang yang paling semangat dalam misi ini.

Seperti pagi ini, pasangan yang masih bergelung di bawah selimut dengan keadaan yang masih sama-sama berantakan. Semalam mereka baru saja menjalankan misi lagi. Adzan subuh yang berkumandang akhirnya membuat Sam mengerjapkan matanya. Ia dan Dyba baru saja tidur jam tiga pagi, dan sekarang setengah lima harus sudah bangun demi menjalankan kewajiban.

Sam menatap langit-langit kamarnya, ia berharap Allah akan mempercayakannya dan Dyba seorang buah hati di waktu yang dekat. Setiap sebelum memulai misi Sam pasti selalu berdoa terlebih dahulu, doa agar kecebongnya bisa menembus sel telur Dyba dan akhirnya bisa menjadi debay.

Sam bangun, mengambil boxer yang ada di samping ranjang dan memakainya. Sam menyibak gorden kamarnya, di luar sana masih gelap, bahkan bulan masih bersinar walaupun sedikit. Sam mengitari ranjangnya, berdiri tepat di depan wanitanya yang masih tertidur pulas. Rasanya ingin membangunkan tidak tega, tetapi ini kewajiban jadi harus dilaksanakan.

Sam berjongkok di depan Dyba, mengelus pipi itu dengan lembut. "Sayang, bangun dulu."

Percobaan pertama itu belum berhasil, Sam masih mencoba dengan sabar agar istrinya itu terbangun. "Honey, baby, bangun, udah subuh ini."

Dyba mengerang, bukannya bangun ia malah membalikkan badannya dan memunggungi Sam. Sam tersenyum gemas, ia membenarkan selimut yang turun hampir memperlihatkan seluruh bagian punggung Dyba itu. Sam mengigit bahu Dyba dari belakang dengan gemas, meniupi telinga Dyba, sampai menjilat-jilati tengkuk Dyba.

Sam bedecak, istrinya ini kadang kalau udah ngebo susah banget dibangunin. Sam akhirnya menyelimuti tubuh Dyba dengan benar dan mengangkat tubuh yang berbalut selimut itu ke kamar mandi. Sam mendudukkan Dyba di atas westafel, selimut yang melorot itu dengan cepat di betulkan Sam, ia harus bisa menahan hasrat lelakinya ini.

Sam menggeleng-gelengkan kepalanya, Dyba malah menyenderkan tubuhnya di dinding kamar mandi, mata Dyba bahkan masih tertutup. Sam menyalakan keran dan membasuh tangannya. Tangan yang masih basah itu langsung ia usapkan ke wajah Dyba.

"Bangun, jangan ngebo lagi, udah subuh ini."

Dyba membuka matanya perlahan, ia mengerucutkan bibirnya. "Aku capek Sam, masih ngantuk."

Sam mengangguk, ia masih mengusapi wajah Dyba dengan air. "Iya, aku paham, tapi harus mandi dulu, terus shalat subuh. Habis shalat subuh kamu mau bobok lagi gak papa, asalkan shalat subuh dulu."

Dyba merenggangkan tubuhnya dan akhirnya selimut yang membungkus tubuhnya melorot. Sam mengalihkan pandangannya, jangan sampai adiknya yang di bawah bangun.

"Sam, mandiin aku ya? Aku capek, jadi kamu harus tanggung jawab."

Sam menghela nafas panjang, akhirnya ia mengangguk. Pagi ini adalah cobaan yang berat, ia tidak mau membuat istrinya lebih capek, tetapi adiknya juga susah diajak kompromi.

'Sabar, yang di bawah jangan bangun.'

***

Sam menggeleng-gelengkan kepalanya, istrinya masih tertidur pulas di ranjang mereka. Sam bahkan sudah selesai menyiapkan sarapan, berolahraga, sampai makan bubur yang lewat di depan rumah, tetapi istrinya itu belum juga bangun.

Dengan baju yang masih basah dengan keringat Sam berjalan ke arah Dyba. Ia duduk di pinggir ranjang dan langsung menciumi wajah Dyba. "Sayang, jangan ngebo terus, udah jam sepuluh ini."

Dyba mengerang sambil mengerjapkan matanya. Ia menjauhkan wajah Sam dari wajahnya. "Aku masih capek!"

Sam terkekeh mendengar itu, ia malah menjatuhkan kepalanya di perut Dyba, memandang wanita itu dari bawah. "Lagian jam segini kenapa belum bangun sih? Malu sama matahari yang udah mau di tengah tuh."

DySam (After Marriage)  [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang