"Kalian berdua kenapa?"
Pertanyaan dari Nita itu tidak membuat Sam dan Dyba berbicara. Mereka berdua malah semakin menundukkan kepalanya. Setelah luka Sam diobati Sam dan Dyba langsung dibawa oleh Nita ke rumahnya dan sekarang di dudukkan.
"Kayaknya salah paham, Ma."
Nita menatap suaminya. "Papa tau?"
Andrew menggidikkan bahunya. "Tadi Dy cuma cerita sedikit aja. Udah lah biarin aja. Ini masalah rumah tangga mereka, gak baik kalau kita terlalu ikut campur."
Nita menghela nafasnya kasar. "Tapi, mama gak mau mereka berdua kayak gini terus."
"Dy sama Sam pasti bisa nyelesaiin ini semua kok, Ma. Paling bentar lagi, nunggu Sam punya bukti pasti semuanya bakalan balik kayak semula lagi. Mama gak perlu sampai kepikiran banget, tenang aja," ucap Sam menenangkan Nita, walaupun sebenarnya ia sendiri juga belum tau kapan ini semua akan berakhir.
"Ma, biarin aja mereka berdua istirahat dulu, mama juga entar tambah sakit." Andrew mengelus-elus punggung istrinya itu.
"Kalian di sini aja dulu, jangan pulang ke rumah kalian. Kamar Sam masih bagus."
Setelah melihat punggung Nita dan Andrew sudah menghilang dari hadapannya Dyba menghela nafas kasar. Ia menyenderkan tubuhnya dengan kasar ke senderan sofa.
"Dyba," panggil Sam sambil ikut menyenderkan tubuhnya.
"Hmm."
"Dyba beneran gak percaya ya kalau Sam gak mungkin ngelakuin itu?"
"Gue masih belum percaya sebelum ada bukti nyata di depan mata gue. Lo tau dari awal pacaran sama gue dan kalau ada masalah gini gue pasti minta bukti sama lo."
Sam menghela nafas panjang, ia menatap lampu gantung yang ada di atasnya. "Dy, jangan pakai lo-gue."
"Gue ke kamar dulu." Dyba meninggalkan Sam begitu saja tanpa memperdulikan perkataan suaminya itu.
Sam tersenyum tipis, pikirannya menerawang sambil tetap mendongak ke atas. "Airin, kapan ayah bisa baikan sama bunda? Kata kamu habis ini bakalan ada kejutan, tapi kapan? Ayah capek di giniin terus sama bunda kamu."
Sam tidak tau di dinding perbatasan ruang keluarga dan tangga Dyba terduduk lemas mendengar gumaman Sam. Dyba memeluk kedua lututnya, ia menyembunyikan kepalanya di antara lipatan lututnya. "Airin udah datang ke mimpi ayah ya? Perlakuan bunda salah gak sih? Bunda juga kangen sama ayah kamu, tapi bunda belum ikhlas sayang."
***
Sam terbangun saat merasakan tubuh di sampingnya bergetar. Ia melihat punggung Dyba yang naik turun pertanda kalau istrinya sedang nangis di dalam tidurnya.
Sam dengan ragu memeluk tubuh itu dari belakang. "Dyba nya Sam jangan nangis, Sam ada di sini untuk Dyba," bisik Sam di telinga Dyba.
Tidak disangka Dyba membalikkan badannya dan memeluk tubuh Sam dengan erat. "Gue gak suka kayak gini Sam. Gue kangen meluk lo, gue kangen lo omelin. Tapi, gue gak habis pikir kenapa ada lipstik di situ! Apa sih mau lo Sam?!"
Air mata Sam menetes. Ia mengecupi puncak kepala Dyba. "Sam gak ada bermaksud apa-apa Dy. Sam beneran gak tau ini semua. Dyba udah sempurna untuk Sam ngapain Sam nyari lagi."
Sam melepas pelukannya saat tidak mendengar teriakan istrinya dan hanya terdengar helaan nafas teratur dari istrinya itu. Sam tersenyum tipis, ia mencium kening Dyba dengan lama. "Ngigau kamu ya. Selamat tidur princess Sam, jangan galak-galak lagi sama suami."
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...