32

13.7K 1.2K 103
                                    

Haii, maaf gak update lama. Aku sehabis ujian langsung drop, darah rendah kambuh jadi mau nulis ide pasti langsung buyar.

Semoga dengan up ini kalian suka. Aku gak bisa janji bakalan up dua hari sekali karena ini aja aku paksain untuk nulis karena banyak yang nge-dm.

Selamat membaca ^^

***

Sam mengetuk-etuk pintu kamarnya dengan Dyba itu. Setelah tadi dari perusahaan Zian, Sam putuskan untuk pulang ke rumah walaupun belum ada bukti.

"Sayang, maafin aku." Sam menempelkan keningnya di pintu kamarnya. "Dyba, sayang, jawab Samudera. Sam memang belum nemuin bukti, tapi keluar, temuin Sam sebentar aja."

"Gak usah lo ganggu gue kalau lo belum bisa buktiin lo gak main di belakang gue! Gue gak main-main samudera soal kata-kata gue beberapa hari yang lalu! Lo gak nemuin bukti kita ketemu lagi di meja pengadilan!"

Sam memejamkan matanya, ia tetap mengetuk pintu kamarnya. "Dy, temuin Sam bentar. Sam mau cerita sesuatu, CCTV ruangan Sam kayaknya di sabotase sama orang jadi gak nampak siapa yang ngelakuin itu. Dyba, Sam jujur demi apapun Sam gak ada main belakang dari Dyba."

"Gue gak peduli Sam!"

"Dyba."

"Pergi lo! Gak peduli gue!"

Emosi Sam sudah tidak bisa dipendam, tangannya memukul tembok dengan keras. Ia membanting vas bunga yang ada di dekatnya. Nafasnya memburu, darah di telapak tangannya sudah merembes karena ia yang menggenggam pecahan vas bunga. Sam terduduk di dinding samping pintu, menggenggam pecahan vas itu lebih dalam.

Mbak Ana yang baru saja naik ke atas syok saat melihat Sam yang sedang hancur. "Den, astaghfirullah kenapa bisa gini?"

Sam menggelengkan kepalanya sambil tertawa hambar. "Gak papa mbak, ini gak sakit kok. Udah, mbak ke bawah lagi aja, Sam gak papa."

"Bentar, ini perlu diobatin. Lepasin kacanya, Den."

"Enggak usah Sam bilang. Udah, mbak ke bawah aja kalau enggak bersihin tuh vas nya sebelum Sam cemilin entar."

Mbak Ana menatap Sam dengan kasihan, jelas tatapan Sam kosong. Ia menghela nafas kasar. "Mbak bersihin itu, tapi kacanya itu lepas dari tangannya den dulu."

Sam membuka telapak tangannya, ia menyodorkan pecahan kaca yang sudah terkena darahnya itu ke mbak Ana. "Tuh mbak."

Melihat luka itu membuat mbak Ana membulatkan matanya. "Den! Ini harus diobatin! Ini ... dalem banget."

"Gak usah mbak, gak usah peduliin saya, Dyba aja udah gak peduli sama saya, ngapain mbak peduli sama saya?" Tanpa memperdulikan perkataan Sam, mbak Ana berlari ke bawah, mengambil P3K.

"Dyba, Dyba beneran udah gak peduli lagi ya sama Sam?" gumam Sam sambil menundukkan kepalanya.

Sedangkan di dalam sana Dyba mati-matian agar tidak membuka pintu kamar untuk suaminya itu. Dyba mendudukkan dirinya di belakang pintu kamar sambil menguping apa yang dibicarakan suaminya dan mbak Ana. Dyba mendengar dengan jelas pecahan kaca dan teriakan mbak Ana tadi, tetapi emosi mengalahkan segalanya. Ia masih sakit hati saat mengingat ada bekas lipstik di kerah baju Sam.

"Den Sam!" Mendengar teriakan itu hati Dyba seakan mencelos. Ia dengan cepat membuka pintu kamar dan mendapati mbak Ana yang menepuk-nepuk pipi Sam.

Dyba menghampiri Sam yang pingsan, suaminya itu mengeluarkan darah yang cukup banyak dari telapak tangannya. Dyba menepuk-nepuk pipi Sam sedangkan mbak Ana membersihkan luka Sam.

DySam (After Marriage)  [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang