Sepasang suami istri itu masih betah bergelung dengan selimut mereka. Mereka lelah setelah kemarin mengadakan resepsi pernikahan. Sinar matahari yang menembus gorden kamar hotel itu tidak dipedulikan keduanya yang masih asik berpelukan.
Hidup baru, tetapi masih dengan pasangan dan cinta yang lama adalah sebuah kesempurnaan yang bahkan bisa dihitung hanya beberapa persen orang yang mendapatkannya. Tidak semua hubungan seberuntung hubungan Adyba dan Samudera. Tidak semua hubungan berakhir dengan pernikahan seperti mereka. Dan tidak semua pasangan yang tengah berhubungan benar-benar akan menjadi pasangan tulang rusuk dan tulang punggung.
Sam mengerjapkan matanya saat merasakan sinar matahari menembus kornea matanya. Matahari yang bersinar dengan cerah dan terang sesuai dengan perasaan yang dimiliki kedua orang ini.
Sam tersenyum saat ia merasakan nafas yang menerpa dada telanjangnya. Ia mengecup puncak kepala gadisnya-- lebih tepat gadis yang sekarang sudah jadi wanitanya. Bayangan yang didambakan Sam benar-benar menjadi kenyataan. Bangun tidur langsung melihat perempuan yang dicintainya merupakan salah satu bayangan yang Sam pikirkan Sebelum-sebelumnya.
Sam menggerakkan tubuhnya ke bawah dengan pelan. Mensejajarkan wajahnya dan wajah Dyba yang tampak pulas dalam tidurnya itu, mungkin efek kelelahan saat resepsi semalaman. Sam melingkarkan tangannya di pinggang Dyba, mendekatkan tubuh itu menjadi menempel dengan tubuhnya, menyatukan keningnya dan kening Dyba.
"Sayang." Suara serak-serak basah dan efek bangun tidur itu membuat siapa saja yang mendengarnya pasti akan luluh.
Sam mengecupi hidung Dyba saat melihat wanita itu belum mau bangun juga dari tidurnya. "Adyba Bailey Zudianto, istrinya Sam, bangun. Dy sayang, ayo bangun dong."
Dyba yang belum bangun juga membuat Sam akhirnya mengigit hidung Dyba dengan gemas. "Kebo banget sih, padahal udah jadi istri."
Dyba menggeleng-gelengkan kepalanya, bukannya bangun ia malah menyusupkan wajahnya ke leher Sam. Mulai mengendus-endus leher Sam yang menjadi tempat favoritnya untuk bisa menghirup lebih dalam aroma maskulin milik Sam.
"Astaghfirullah, Dy, bangun atuh. Kamu gak laper gitu?"
"Enggak. Masih mau bobo di sini aja. Jangan pergi dulu." Suara Dyba yang serak membuat Sam menelan ludahnya. Ini pagi hari dan ia baru sekali saja mendapat jatah kemarin. Jadi .... kalian pasti paham apa yang tengah terjadi pada Sam.
Sam mengelus-elus punggung Dyba yang masih berbalut gaun tidur berbahan satin itu. "Aku mau ke kamar mandi jadi gak boleh nih?" Dyba menggeleng, lidahnya bermain-main di leher Sam.
Sam menormalkan nafasnya yang mulai memberat. Ia tidak ingin menyerang Dyba apalagi Dyba masih kecapekan akibar resepsi semalam. Sam menarik kepala Dyba dari lehernya, menempelkan dahinya dan dahi Dyba. Dyba membuka matanya, ia tersenyum manis saat melihat tatapan Sam yang mulai sayu.
"Morning my prince." Sapaan hangat itu membuat nafsu Sam hilang begitu saja. Sapaan yang jarang sekali Dyba katakan. Sapaan yang membuat ribuan kupu-kupu berterbangan di perut Sam.
Sam tersenyum, ia mengecup bibir Dyba dengan lama. "Morning too my princess yang kebonya kebangetan ini."
Wajah Dyba memerah. Ia menjauhkan wajahnya dari Sam sambil menutup bibirnya. "Aku belum gosok gigi main cium-cium aja."
Sam menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum menggoda. "Kamu malu gitu?"
"Iyalah."
"Kenapa setelah jadi istri aku kamu malah sering malu sih? Biasanya juga gak papa."
Dyba menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya. Sam tersenyum gemas, rasanya ia ingin mengarungi Dyba untuk saat ini. Sam mengunci tubuh Dyba dengan pelukannya. Tangannya ia lingkarkan erat di punggung Dyba dan kakinya ia lingkarkan di atas kaki Dyba.
"Aku gemes banget sama kamu sih." Sam menggoyang-goyangkan tubuh Dyba ke kanan dan kiri.
Dyba membuka selimut sedikit sehingga menampilkan matanya. Ia menatap Sam dengan mata polosnya. Sam yang melihat itu mencium kening Dyba dengan sayang.
"Kenapa lihat-lihat? Aku tau kok aku ganteng."
Bukannya menjawab Dyba melingkarkan tangannya di leher Sam. Sam tersenyum, ia membawa tubuh Dyba ke atas tubuhnya.
Dyba mengangkat kepalanya menatap Sam. "Aku tuh berat, kasihan kamunya ih."
"Enggak, kamu ringan kayak kapas gini. Makannya makan yang banyak biar gak ringan banget."
Dyba mengerucutkan bibirnya. "Entar kalau aku gendut kamu cari istri baru pula."
Sam menatap bingung Dyba. "Kamu masih ada berpikir kalau aku kayak gitu?"
Dyba menyembunyikan wajahnya di dada Sam, ia bergumam, "Ya kan takut aja. Kamu juga cowok, bisa khilaf lihat yang bening-bening gitu."
Sam mengangguk-anggukkan kepalanya, paham apa yang dimaksud Dyba. Sam mengelus-elus punggung untuk menenangkan Dyba. "Selagi masih ada cincin di jari manis aku, aku gak bakalan bisa ngerubah haluan. Tempat berpulang ku ya kamu. Rumahku yang kamu, gak bakalan aku pulang ke rumah orang lain."
"Kok kita masih pagi jadi mellow gini sih?" Dyba mengangkat kepalanya dari dada Sam dan ganti menumpukan dagunya di dada Sam.
Sam tersenyum geli. "Masih pagi? Lihat jam tuh."
Dyba menatap jam yang ada di atas nakas dan langsung membulatkan matanya. "Itu jamnya salah kan?"
"Ya benerlah, masa jam hotel salah?"
Dyba bangun dari atas tubuh Sam, ia menyibak ke gorden kamar dan sinar matahari langsung menyengat kulitnya. Sam memiringkan tubuhnya, menjadikan siku kanannya menjadi tumpuan dan menatap wanitanya yang masih terheran-heran itu.
"Kayak gak biasa bangun siang aja."
Dyba memicing, menatap Sam tajam. "Aku paling lama bangun jam sembilan. Sedangkan ini udah jam sebelas, Sam!"
"Ya udah gak papa, sesekali aja kok. Lagian juga biar sekalian makan siang, gak usah sarapan."
"Tapi, aku serasa gak becus gitu jadi istri. Masa baru beberapa hari aku jadi istri kamu, aku bangun siang terus."
Sam berjalan ke arah Dyba, memeluk tubuh Dyba dari belakang. Ia menumpukan dagunya di bahu kanan Dyba. "Kan gara-gara kamu kecapean juga, Dy. Jangan bilang gitu, aku gak suka dengernya."
Dyba memutar tubuhnya, wajahnya ia susupkan di leher Sam. "Maafin aku yang belum bisa jadi istri yang baik."
"Kamu udah baik. Kita bakalan nyoba bersama-sama untuk jadi lebih baik. Kita masih dalam proses, jangan mikir yang aneh-aneh."
"Beneran aku udah baik?" Dyba mengangkat kepalanya dan menatap Sam dengan wajah imutnya.
"Iya, sayang." Sam mencubit pipi Dyba yang sekarang menjadi lebih chubby itu. "Kamu jadi tambah gemesin banget sih."
"Aku gendutan?"
"Enggak, tapi pipinya tambah embem."
Dyba memajukan bibir bawahnya. "Itu berarti aku gendutan."
Sam mengangkat Dyba ke gendongannya dengan gampangnya. Dyba melingkarkan tangan dan kakinya di tubuh Sam. Sam mengelus-elus punggung Dyba. "Kamu gendutan aku makin suka. Enak dipeluk, jadi makin anget nanti."
"Kita mau ngapain, Sam?" Wajah Dyba berubah panik saat Sam membawanya masuk ke kamar mandi.
Sam memasang senyum nakalnya. Ia menurunkan Dyba ke bath up yang masih kering. "Bikin baby dong, aku gak sabar nanti ada Samudera junior."
Dyba membulatkan matanya. Baru saja ia akan lari, tetapi tubuhnya sudah ditahan oleh Sam. Sam menghembuskan nafasnya di leher Dyba. "Bunda gak boleh kabur. Ayah kan lagi pengen."
"Sam mesum!"
***
TBC ....
Warning!! Typo bertebaran ....
Jangan lupa vote and comment ....
Terima kasih yang udah mau vote and comment ceritaku ....04 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...