"Assalamu'alaikum kesayangan-kesayangannya ayah!" Sam mengecup pipi Dyba dan Rion.
Dyba tersenyum, ia balik mengecup pipi Sam. "Waalaikumsalam ayah."
Saat akan merebahkan tubuhnya Dyba langsung memekik. "Mandi dulu Sam!"
Sam mengerucutkan bibirnya, ia mencium Rion sekilas dulu kemudian langsung berjalan ke kamar mandi.
Dyba menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian menatap buah hatinya lagi. "Apa sayang?" tanya Dyba saat Rion membuka-buka mulutnya. Dyba bersyukur karena ia sudah pernah membantu merawat keponakannya yang sekarang tinggal di Belanda. Dengan begitu setidaknya ia punya pengalaman jadi tidak susah untuk merawat Rion. Untungnya jagoan kecilnya juga tidak rewel.
Aroma wangi Sam langsung menguar saat lelaki itu baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan handuk yang masih basah di lehernya dan boxer hitam yang membalut tubuhnya. Tetesan air di dada Sam membuat Dyba meneguk ludahnya sendiri.
"Ngiler kamu yang?"
Dyba gelagapan, ia langsung mengalihkan tatapannya dan berpura-pura berbicara kepada Rion. "Apa jagoan?"
Sam terkekeh, ia mengelap dadanya terlebih dahulu kemudian meletakkan handuk di atas sofa kamar. Ia langsung berbaring di sebelah kanan Rion kemudian menciumi jagoan kecilnya. "Wangi anak kecil emang gak pernah salah," gumamnya sambil menghirup aroma tubuh Rion.
"Bang Agam gimana Sam?"
"Ya nikah lah, gak mungkin dia buntingin terus gak tanggung jawab."
Memang sepertinya nasib baik tidak berlaku untuk Agam. Kemarin ia baru bercerita tentang kejadiannya tiba-tiba langsung mendapat pukulan di bahunya. Entah datang dari mana Sam, lelaki itu langsung menyeret Agam ke halaman belakang.
"Jadi, kamu gak punya sekretaris lagi?"
"Angel masih mau kerja katanya, ya udah sebagai adik ipar yang baik aku iyain aja. Lagian gimana bisa coba bang Agam bisa teleng terus ngehamilin anak orang? Dia yang bilangin aku jangan pernah ngerusak anak orang, lah dia sendiri yang malah ngehamilin anak orang. Pantesan beberapa minggu belakangan, oh iya waktu Rion habis lahir terus aku kerja nah di situ Angel pucat banget, ternyata gara-gara kelakuan abang ku sendiri."
"Bang Agam kayaknya stress gara-gara pacarnya yang dulu udah jadi istri orang deh."
Sam mengangguk. "Mungkin aja sih. Ah biarin lah, urusan dia itu. Besok kita ke rumah mama, kita nginap di sana karena bang Agam nikah tiga hari lagi."
Mata Dyba membuat. "Cepet banget!"
"Ya mau gimana Dy, dari pada hamil nya tambah gede."
Sam memeluk tubuh Rion dari samping, rasanya setiap saat ia ingin memeluk jagoannya ini, aroma tubuh Rion yang membuat Sam tenang. "Dedek kamu kecil terus aja ya, ayah belum siap sama kenakalan-kenakalan kamu nantinya."
Dyba tersenyum, ia mengusap-usap rambut Sam. "Kamu mau anak kamu jadi kayak Upin Ipin yang gak lulus-lulus TK gitu? Gak tumbuh-tumbuh rambutnya, gak tinggi-tinggi."
Sam berdecak. "Aku tuh kalau dia dah gede takut gak bisa jadi ayah yang baik Dy."
"Jadi suami yang baik aja kamu bisa, masa jadi ayah yang baik enggak?"
Sam menatap Dyba, kemudian menatap Rion yang sudah memejamkan matanya. Sam menghela nafas panjang, ia membawa tubuh Rion ke gendongannya kemudian menidurkan tubuh mungil itu ke box bayinya.
Dyba mengerutkan alisnya, jarang sekali Sam meletakkan Rion di sana. Dan benar saja, setelah Sam mencium Rion Sam langsung berlari dan menubruk tubuh Dyba. Sam tertidur di atas Dyba dengan tangan yang melingkar erat di pinggang Dyba.
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...