"Jadi, kakak udah disuruh abang berhenti kerja?"
Angel yang berada di depannya mengangguk dan itu membuat Sam menghela nafas panjang. Mencari sekretaris itu tidak segampang mencari kucing di pinggir jalan.
"Maaf ya Sam, kalau kakak gak nurutin abang kamu bisa bahaya."
Sam mengangguk. "Kakak ada teman yang bisa jadi sekretaris gak?"
"Nanti deh kakak info sama kamu."
"Kalau bisa jangan cewek, aku gak mau Dy salah paham lagi."
"Iya, iya."
Sam menatap perut Angel yang sudah membesar. "Sehat-sehat kan keponakan aku?"
"Sehat kok alhamdulillah."
"Beneran kembar?"
Angel mengangguk. "Kemarin di USG nampaknya sih gitu."
"Cew-"
"Ngel." Panggilan dan suara pintu yang dibuka mengalihkan kedua orang itu.
Sam berdecak. "Abang ngapain sih?"
Agam menghampiri istrinya kemudian merangkul tubuh itu dari belakang. "Nyariin istri gue lah."
"Ya udah sana lah sana bawa pulang."
Agam mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum geli. "Ngambek nih sekretarisnya gue suruh berhenti?"
"Ya iyalah! Kalau lo suruh kak Angel berhenti terus ngasih sekretaris baru gak papa, lah ini gak ada, gue jadi harus mikir siapa sekretaris gue jadinya."
Agam melempar Sam dengan pena yang ada di atas meja lelaki itu. "Baperan amat, suruh Dy jadi sekretaris lo beberapa bulan kan bisa."
Sam memutar bola matanya malas. "Dy jadi sekretaris gue gak bakalan bisa kerja gue. Gue gak mau entar kalau Dy di sini Rion cepet-cepet punya adek."
"Mesum teros!"
"Lo juga sih, kenapa ngehamilin kak Angel terus berhentiin dia, lo gak kasian apa sama adek lo yang bingung ini?"
Agam menggeleng. "Untuk perkara ngehamilin Angel itu udah takdir. Untuk kasian sama lo sih enggak, lagian dia juga udah punya suami kaya, gak perlu kerja-kerja lagi, kasian twins entar kalau dia kerja mulu."
"Kampret lo!"
Agam menggdikkan bahunya, ia memegang bahu Angel agar berdiri kemudian menggenggam tangan wanita itu. "Gue sama dia pulang dulu. Babay adek kesayangan, silahkan cari sekretaris yang baru."
"Sam, aku pamit, entar kalau ada temen aku yang mau jadi sekretaris langsung ku kasih tau kok."
"Iya kak, udah sana pulang, ngeliat wajah bang Agam rasanya pengen nyakar."
Agam terkekeh, sebelum pergi ia mengacak rambut Sam. "Babay, jangan lupa main ke rumah gue, jadi adek laknat banget lo gak pernah main ke rumah abangnya."
"Bacot! Pulang sana, gue lagi pusing!"
Sam menyenderkan punggungnya ke kursi kebesarannya sambil menghela nafas panjang. Baru saja memejamkan matanya dering telpon langsung membuat Sam tersentak. Senyum di bibir itu mengembang, dengan cepat Sam mengangkat panggilan video itu.
"Embul!"
Di sana Rion tertawa saat mendengar teriakan Sam. "Masih lama pulangnya yang?"
Sam mengangguk. "Iya, masih ada berkas yang di urus. Sekarang aku sendiri, Angel udah di suruh berhenti sama bang Agampret."
"Yah, kirain bakalan pulang cepet."
"Kenapa Dy?"
"Mau beli popok sama baju-bajunya embul. Dia cepet banget gedenya, bajunya udah banyak yang gak muat."
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...