75

13.3K 1.3K 156
                                    

"Dy ... pusing ...."

Dyba menghela nafas kasar, ia memijat-mijat kepala Sam yang saat ini tenggelam di lehernya. "Ya inilah kan semalam berenang gak tau waktu, untung aja embul gak ikut sakit. Udah malem pun gak mau naik."

Sam mengigit leher Dyba. "Jangan diomelin aku nya, kepala aku lagi pusing, Dy."

"Buna ...."

Dyba menoleh ke arah pintu kamarnya. Di sana ada Rion yang sudah rapi dengan bajunya, tentunya mbak Ana yang memandikan bocah itu. Ia tidak mungkin bisa bergerak kalau bayi gedenya ini sedang sakit.

"Kenapa sayang?"

Rion menghampiri ranjang, ia naik dan duduk di pinggir ranjang. "Yayah cakit?"

Sam menoleh, ia meletakkan kepalanya di atas dada Dyba. "Iya, yahah cakit. Kamu gak mau mijitin kepala ayah, mbul?"

Tangan mungil Rion menyentuh kepala Sam. Jari-jari itu ikut memijat kepala Sam. "Yayah jangan cakit, nanti gak ada yang mau bantuin Yon kalau Yon mamam es klim gak bilang buna."

Mata Sam membulat, ia melotot ke arah Rion sambil berkata tanpa suara. "Ada buna embul!"

Rion mengerjap, tapi setelah sadar ia langsung menutup mulutnya. Rion dengan perlahan menoleh ke arah Dyba yang menatapnya dengan senyuman dan kedua alis yang terangkat.

"Bunaa ... jangan malah ...."

"Jadi sering ya kamu sama yayah kompromi. Ouh gitu ternyata kalau buna pergi belanja ya? Ternyata diem-diem berdua makan es krim?"

Rion menggeleng. "Endak buna ...." rengek Rion lucu sambil menggoyang-goyangkan lengan Dyba.

Dyba terkekeh, ia mengecup pipi Rion. "Jangan keseringan makan es embul. Buna ngelarang kamu demi kesehatan kamu. Kalau kamu kebanyakan makan es krim terus sakit gimana? Pilek kayak kemarin? Buna gak mau kamu sakit sayang."

Rion menunduk, ia mengangguk. "Maaf buna, Yon ndak bakalan lagi, kalau ndak kilap."

Dyba tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rion.

"Buna."

"Ya sayang?"

"Emm ...."

Dyba mengelus rambut Rion. "Apa sayang?"

"Yon boleh main cama Belbel ndak? Eh bukan main deh, mau ikut Belbel."

Sam menatap Rion heran. "Mau ke mana?"

"Kemalin Belbel ngajak Yon ke alun-alun kota, katanya di cana banyak jajan jadi bica jajan."

"Sama mama papa?" Rion mengangguk.

Dyba menghela nafas panjang. "Kamu ke rumah Belbel dulu sana, kalau mama atau papa lagi gak sibuk suruh ke sini, buna mau ngomong. Bilangin juga yayah lagi sakit makannya buna gak bisa ke sana."

Rion mengangguk semangat. "Aye aye captain! Wait ya!"

Dyba terkekeh saat Rion sudah berlari begitu saja. Bocah itu sudah biasa pergi bersama keluarga Bella, mungkin karena sudah akrabnya Rion dengan Barsha dan Bintang.

Dyba menunduk, ia mengecup kepala Sam. "Masih pusing?"

"Mas- hoekk ...."

Dyba menggaruk kepalanya, Sam sudah berlari ke kamar mandi. Dyba menyibak selimutnya, membenarkan gaun tidurnya yang sudah melorot sampai ke perut, untung saja Rion tadi tidak melihat dadanya karena tadi ditimpa oleh dada Sam.

Dyba mengurut tengkuk Sam. Sesekali ia juga mengelus-elus punggung Sam. "Nah kan kamu masih angin ini."

Sam mengelap mulutnya dengan air. Ia menatap pantulan wajahnya di wastafel. Sam mengelus tangan Dyba yang melingkar di perutnya. "Dy ...."

DySam (After Marriage)  [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang