49

14.5K 1.2K 122
                                    

Sam mengecupi punggung tangan Dyba berulang kali sejak tadi. Tiga menit sudah berlalu, tetapi Dyba belum juga membuka matanya. Yang Sam perhatikan sedari tadi hanya perut dan dada Dyba, setidaknya kalau perut dan dada itu bergerak artinya istrinya masih bernafas.

Ia tersenyum kecil saat perut yang tadinya membesar sekarang sudah kembali lagi ke ukuran normal. Ia bahkan masih ingat saat anaknya pertama kali menendang waktu mereka di Korea. Tapi, sekarang, anaknya bahkan sudah terlahir ke dunia.

Merasakan jari-jari di genggamannya bergerak membuat Sam langsung menatap Dyba. "Sayang ...."

Iris mata biru itu perlahan terlihat. Para orang juga langsung mengerubungi Dyba.

"Sam ... anak kita gimana?" Pertanyaan itu langsung muncul saat Dyba membuka penuh matanya.

Sam memberikan air putih yang sudah disediakan. "Minum dulu sayang."

Dyba menyedot beberapa kali kemudian ia menatap sekitar. "Anak Dyba sehat kan?"

"Ini bu putranya, tampan."

Mata Dyba mengikuti gerakan suster yang tengah menggendong bayi dengan bedongan putih yang sedikit bercorak-corak.

"Bisa ibu turunkan sedikit baju atasnya supaya adeknya bisa langsung meminum asi?" Dyba mengangguk sambil tetap memperhatikan bayi tampan yang ada di gendongan suster itu. Nia yang melihat itu terkekeh, ia kemudian membantu Dyba untuk membuka kancing baju dan menurunkan sedikit baju itu. Difki dan Andrew juga sudah menjauh dan kembali duduk di sofa.

Mata Dyba menatap kagum bayi kecil yang saat ini tengah telungkup di atas dadanya dan langsung mencari tempat susunya keluar.

"Dy, peluk aja biar dia juga gak kedinginan."

Saat kulit tangannya bersentuhan langsung dengan kulit halus putranya membuat senyum Dyba melebar. Memang, putranya tadi dilepas bedongnya oleh suster dan diletak di atas dadanya dengan kondisi polos.

"Aww ...."

Sam langsung menatap panik Dyba. "Kenapa sayang?"

"Nyedotnya kenceng banget."

Nia mengelus rambut putrinya. "Memang gitu, karena kan masih awal jadi ASI nya juga belum lancar, jadi dia pasti nyedotnya kuat biar keluar susunya."

Sam mengelus-elus pipi putranya yang tengah tertidur di dada Dyba. Ahh biasanya kepalanya yang tidur di sana, tetapi sekarang anaknya yang akan mengambil tempatnya di sana. Biasanya ia yang menyedot-- ah lupakan, ia harus mengalah beberapa waktu untuk anaknya.

"Sam, kamu gak usah modus megangnya pipi adek ternyata megang ke tempat lain ya!"

Sam langsung menatap papanya yang saat ini tengah terkekeh. "Papa ih!"

"Papa juga pernah di posisi kamu ya, jangan salah."

Sam berdecak, pandangannya terfokus lagi ke bibir mungil yang tengah menyedot-nyedot langsung di pabrik susu kesukaan Sam.

"Sam namanya siapa?" tanya Nita sambil mengelus punggung putra kecil Sam dengan lembut.

Sam menegakkan punggungnya, ia menatap punggung jagoan kecilnya kemudian menatap Dyba. "Arion Baifa Zudianto."

Dyba mengangkat sebelah alisnya. "Artinya?"

"Arion artinya mempesona atau memikat hati, Baifa gabungan dari Bailey dan Alfa, Zudianto nama keluarga. Gimana suka gak kamu?"

Dyba menganggukkan kepalanya. "Boleh kok, bagus." Dyba menunduk, ia mengecup pucuk kepala jagoan kecilnya. "Welcome jagoan kecilnya bunda dan ayah, Arion."

DySam (After Marriage)  [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang