"Bunaaaa!"
Rion menghentakkan kakinya kesal di kasur, ia akhirnya menarik selimut Dyba dan bulatan itu langsung terpampang di depannya. Mata Rion berbinar, ia langsung naik ke perut Dyba dan duduk di sana. Mulutnya juga langsung menghisap susunya.
"Sam! Jangan diisep terus!" ucap Dyba tanpa membuka matanya, ia menggerakkan tangannya agar isapan di dadanya terhenti.
Sam yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung berlari, ia mengambil Rion dari atas tubuh Dyba. "Embul, astaghfirullah bundanya masih bobok loh."
Rion mendongak menatap Sam. "Ausss yayahh."
Mata Rion bergerak turun, ia tersenyum menatap ada bulatan coklat juga di depannya. Tanpa dosa bibir Rion mendekati bulatan itu dan menghisap serta mengigitnya.
Mata Sam membulat, ia sebisa mungkin menahan teriakannya. Sam dengan lembut menarik kepala Rion. "Subhanallah, anak siapa sih ini liat bulet-bulet dikit langsung nyaplok?"
Mata Rion berkaca-kaca, ia menunjuk buletan di dada Sam. "Mikk ...."
Sam menepuk kening Rion pelan. "Gundulmu ini mik! Ini kamu isep sampe putus pun gak bakalan keluar susunya."
Sam menatap jam, masih jam setengah lima. "Kamu juga ngapain jam segini bangun? Biasanya molor terus kayak kebo."
"Yayahh mikk!"
Sam mengigit pipi Rion. "Diem dulu mbul, kamu mau ayah ke bawah cuma pake handuk gini? Entar handuknya melorot terus tiba-tiba mbak Ana dateng gimana? Kamu mau penghasil kecebong ayah diliat mbak Ana?"
Rion menatap Sam saat ia diturunkan Sam di atas sofa. Ayahnya mengambil baju di walk in closet. Ia kemudian menatap bundanya, bulatan di sana masih terlihat dan membuat Rion ngiler. "Cucu ...."
Rion berusaha untuk turun dari sofa, kaki mungilnya dengan susah payah akhirnya menyentuh karpet yang ada di bawah sofa. Ia dengan cepat berlari ke arah ranjang, tetapi baru saja akan mendekati ranjang tubuhnya langsung melayang.
"Nakal banget mau ngambil punya ayah lagi! Bentar dulu, kita habis ini buat susu di bawah."
Rion memajukan bibirnya, menyenderkan kepalanya di dada Sam yang sudah terbalut kaos hitam. "Mik cu yahh ...."
"Iya kampret, bentar dulu." Sam berjalan menuju ranjang, ia meneguk ludahnya saat tubuh atas Dyba yang terpampang jelas di depan matanya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, dengan cepat ia membenarkan letak selimut Dyba kemudian keluar kamar.
"Yayahh mamam."
Dahi Sam mengerut, ia menepuk pantat Rion. "Heh, tadi mau susu sekarang mau mamam. Mau kamu apa?"
Rion menatap Sam. "Cucu naa."
"Heh, susu bunda mah punya ayah, masa kamu bentar lagi mau habis."
Rion menelungkupkan kepalanya di dada Sam. Sam mendudukkan Rion di kursi yang dikhususkan untuk Rion. "Duduk di sini, ayah bikinin kamu mamam sama cucu dulu. Gak boleh mimik cucu bunda, bentar lagi kamu juga udah dilepas dari cucu itu. Mbul pake makan pancake pisang aja ya yang gampang?"
Rion hanya menganggukkan kepalanya, ia sudah sibuk dengan mainan yang sudah diberikan Sam di depannya.
Sam mulai mencampurkan tepung terigu, pisang raja matang, telur 1 butir, dan susu cair 125 ml. Sesekali ia memperhatikan Rion yang tengah bermain dengan mainan Batman yang diberikan Gean kemarin.
"Yahh, nyum tih."
Sam mengambilkan air putih. Ia berjongkok di hadapan Rion dan memperhatikan jagoannya yang tengah menyedot air dari dot. Sam mengelus rambut Rion. "Pelan-pelan minumnya ayah mau buat mamam kamu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...