"Mbak Ana!" Sam memukul-mukul pintu kamarnya, ia sudah berusaha membuka sedari tadi tetapi tetap tidak bisa.
"Bangsat!" umpat Sam sambil menendang pintu kayu di depannya. Sam mengusap kasar air mata yang mengalir di sudut matanya. "Sam bodoh! Bego!"
Sekali lagi Sam mencoba untuk menendang, memukul pintu kayu di depannya sambil berteriak memanggil mbak Ana, tetapi ia baru sadar, kamarnya kedap suara.
Sam berlari ke jendela kamarnya, di sana terlihat pak Hadi yang sedang menutup pintu pagar. "Pak Hadi!" teriak Sam sekuat mungkin.
Sam mengumpat lagi saat tidak ada sautan, bahkan pak Hadi sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Tubuh Sam merosot, ia mengacak-acak rambutnya dengan kasar. "Lo suami yang gak berguna Sam!"
Sam memeluk lututnya, menenggelamkan wajahnya di lipatan kedua lututnya. Tidak ia pedulikan lagi rembesan air mata yang jatuh di pipi. "Dyba ... maafin aku," gumaman itu diucapkan Sam sedari tadi.
"Kakak, ayah buat bunda kamu marah. Bunda sama adik kamu gak tau ke mana sekarang. Kakak juga marah ya sama ayah? Maafin ayah, Kak."
Sam mengangkat kepalanya, ia perlahan berdiri menghampiri meja rias Dyba. Menatap bayangannya di kaca itu membuat emosinya naik. Sam mengepalkan tangannya, memukul kaca itu yang tidak bersalah. "Bangsat! Anjing! Sam goblok!"
Kaca yang awalnya berbentuk oval sempurna sekarang sudah pecah dan serpihan kacanya berserakan ke bawah. Darah yang merembes di tangannya tidak ia pedulikan. Sam mengacak apa saja yang ada di atas meja rias, membuat benda-benda yang kebanyakan berbahan kaca itu pecah dan menjadi hancur lebur tidak berbentuk.
Sam memegangi kepalanya, pandangannya sudah mulai mengabur. Dengan sisa tenaganya ia berusaha agar sampai di ranjang. Memegangi tembok di sebelahnya sambil sebelah tangannya yang lain memegangi kepalanya.
Sam langsung melemparkan tubuhnya saat ia sampai di ranjang. Menarik nafasnya perlahan kemudian menghembuskannya dengan teratur. Lengannya ia letakkan di atas matanya. Pandangannya tambah tidak jelas, matanya seperti akan tertutup, dan kepalanya pusing ditambah rasa lemas di tubuhnya.
"Dy-"
Sam tidak sadarkan diri setelah itu dengan kondisi yang begitu hancur.
***
"Ayah!"
Sam tersentak saat panggilan itu menusuk gendang telinganya. Saat akan membuka matanya Sam langsung meringis, rasa pusing di kepalanya semakin menjadi.
"Ayah, ini Airin."
Mendengar kata Airin membuat Sam dengan paksa membuka matanya, sinar terang yang sudah lama tidak ia lihat langsung menembus netranya.
Sam mengerjapkan matanya. Sapuan halus tangan mungil di pipinya membuatnya Sam tenang. "Ayah jangan nangis."
"Kakak marah sama ayah?"
Bidadari cantik itu tersenyum manis, ia masih mengucapkan tangannya di pipi Sam, menghapus air mata sangat ayah yang dari tadi menetes.
"Ayah buka mata dulu, jangan nangis terus. Bunda ratu aja kakak suruh jangan nangis, masa ayah raja mau nangis? Malu nanti diliat sama dedek Ion."
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Novela Juvenil[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...