04

20.7K 1.5K 73
                                    

"Kamu gak lagi ngidam kan?"

Tubuh Dyba menegang, ia menatap Sam. "Gak mungkin lah, kita nikah kan baru beberapa hari."

"Tapi, gak menutup kemungkinan, Dy."

"Ya, gak mungkin, Sam. Ini gara-gara aku sakit aja. Kamu kan tau kalau aku sakit pasti aku minta kayak orang ngidam. Dari awal kamu pacaran sama aku kan kamu paham."

Sam menghela nafas kasar, ia mengangguk. "Ya udah, tunggu bentar. Gak ada yang mau diminta lagi?"

"Enggak deh kayaknya."

Sam mengelus rambut Dyba. "Sekarang, habisin dulu martabaknya."

Dyba nenggembungkan pipinya. "Gak mau, nanti aku dah kekenyangan duluan. Aku masih mau makan yang tadi."

Sam mencubit pipi Dyba. "Kamu kenapa makin gemesin banget sih?"

"Aku tambah gendut ya?"

"Enggak kok, tapi kalau gendut gak papa kok. Gendut jadinya empuk, anget-anget gitu kalau dipeluk."

Dyba merebahkan kepalanya di paha Sam begitu saja. Ia menatap pemuda yang sudah berganti status menjadi suaminya itu. "Alasan kamu milih aku apa sih?"

"Bentar, aku ganti dulu pertanyaannya. Alasan kamu tetap bertahan sama aku yang bukan cowok baik-baik ini apa? Karena aku ganteng?"

Dyba menepuk pelan pipi Sam. "Ganteng mah relatif. Masih banyak yang lebih ganteng dari kamu. Kamu tuh aku lagi nanya malah kamu yang balik nanya."

Jari Sam bergerak mengusap surai halus milik Dyba. Ia mengangkat kedua alisnya. "Jadi, apa alasan kamu bertahan?"

"Gak tau."

"Karena udah jatuh cinta sama aku gitu?"

Dyba mencubit perut Sam. "Pede banget sih kamu tuh jadi orang. Kamu memang first love aku, tapi gak segitunya juga. Aku juga bingung kenapa aku mau aja bertahan sama kamu. Padahal dulu waktu aku SMP, terus lihat temen-temen aku jadi anak nakal itu tuh aku paling gak suka, dan ya aku berprinsip gak bakalan mau sama cowok berandalan. Tapi, ternyata aku malah sama kamu."

"Udah delapan tahun sama aku gak bosen?"

"Kamu lama-lama buat aku emosi ya. Kalau aku bosen, gak bakalan aku sekarang ada di kamar berduaan sama kamu."

Sam tersenyum. Ia menunduk dan menggesek-gesekkan hidungnya dengan hidung milik Dyba. "Jangan pernah bosen sama aku, aku gak bakalan rela sesuatu yang udah aku cap milikku, harus berpindah tangan. You are mine and always mine."

Dyba mengecup bibir Sam. "I'm yours, captain."

Lengkungan bibir Sam terbentuk. "Captain? Wow, tumben banget kamu nyebut aku gitu."

Dyba tersenyum, ia mengalungkan tangannya ke leher Sam. "Gak tau, lagi pengen aja."

Sam mengecup berkali-kali bibir Dyba dan membuat perempuan itu tersenyum. "Aku cium pusingnya berkurang gak?"

"Lumayan." Dyba bangkit, ia mendudukkan dirinya di pangkuan Sam. Meletakkan kepalanya di dada Sam, dan mengeratkan rangkulannya ke leher Sam.

"Aku suka kamu yang manja gini deh." Sam mengelus punggung Dyba sesekali memainkan rambut coklat itu.

"Nanti aku manja terus kamu malah capek."

"Ada-ada aja sih, gak bakalan lah. Kamu yang manja gini makin gemesin." Sam mengigiti pipi Dyba. Entah kenapa pipi itu tampak semakin chubby saja.

Dyba menepuk dada Sam, ia menatap suaminya itu dengan wajah cemberutnya. "Kenapa kamu sekarang jadi kanibal sih? Suka banget kayaknya gigitin aku. Hidung aku, pipi aku, bibir aku, terus nanti sampai bawah kamu gigitin semua sampe bekas. Apalagi leher ke bawah jadinya merah-merah semua."

DySam (After Marriage)  [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang