"Astaghfirullah dek! Kalau kamu jatuh nanti gimana?"
Letta menoleh dan menatap Rion polos.
Rion berdecak, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Bocah tujuh tahun itu akhirnya mengeluarkan jurus jitunya. "Turun Letta, kalau enggak abang bilangin buna ya?"
Mata Letta membulat, ia dengan cepat menuruni kursi. Tapi, dengan ceroboh nya Letta terjatuh dan tangisannya langsung terdengar.
Rion meringis, ia menghampiri Letta dan mengelus kepala Letta dengan sayang. "Cup, cup, dedek abang yang cantik. Kan siapa suruh kamu naik-naik ke kursi gitu sih?"
Letta sesegukan, ia memegang sikunya. "Cakit ...."
Rion mengecup kedua mata Letta. "Sini, sini abang pukul ya kursinya. Kursinya nakal ya?"
Letta mengangguk. Ia memperhatikan gerakan Rion yang tengah memukul kursi. "Nah, udah, dah abang pukul biar dia gak nakal lagi," ucap Rion sambil memukul-mukul kursi.
"Baa ...."
Senyum Rion terbit. "Apa sayang?"
"Mik ...."
"Jalan sendiri ya? Atau Letta mau nunggu di sini?"
Letta menggeleng. "Itutt."
Rion menyodorkan tangannya. "Yok!"
Rion membawa Letta menuju dapur yang di sana terdapat kedua orang tuanya yang tengah membuat kue-- ah tidak, bunanya saja yang membuat kue, yayahnya ngerusuh.
"Buna, Letta mau mik."
Dyba menoleh dengan tangan yang penuh tepung. Saat melihat bekas air mata yang ada di pipi Letta, Dyba langsung tersentak. Ia dengan cepat mencuci tangan dan menghampiri Letta. "Habis nangis ya?"
Letta mengangguk, ia memperlihatkan siku nya. "Cakit buna."
Dyba ganti menatap Rion. "Kenapa dedek?"
"Biasa, buna kayak gak tau kelakuan Letta. Naik kursi, terus jatuh."
Sam memijat pelipisnya mendengar itu. "Perasaan kamu gak bisa manjat, tapi kenapa Letta suka manjat?"
Rion tertawa mendengar gerutuan Sam. Rion membuka kulkas dan mengambil pisang di dalamnya. Rion membuka pisang itu, menatap Letta yang sekarang sudah ada di gendongan Sam.
"Picang!"
Rion menyodorkan pisang yang baru saja ia gigit. "Dedek mau?"
"Au!"
Rion membuka kulkas dan mengambil satu pisang, ia memberikannya kepada Letta setelah mengupas sedikit kulitnya.
"Yayah juga punya picang loh dekdek," ucap Rion sambil menyengir ke Sam.
"Humm?" Ekspresi Letta berubah menjadi bertanya saat ia sudah menatap Sam yang menggendongnya. "Picang?"
Sam terkekeh. "Abang kamu juga punya, tapi masih mungil."
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...