Sam mengetuk pintu rumah di depannya, rumah yang sekarang jarang ia datangi, padahal dulu hampir tiap hari ia main ke rumah ini.
"Assalamu'alaikum," salamnya dengan suara yang serak.
Kepalanya masih pusing, tetapi ia tidak bisa tinggal diam ketika istri dan anaknya menghilang dari rumah. Bahkan, sekarang tubuhnya dingin, rasanya angin menusuk tulangnya padahal ini di siang yang terik.
Sam memencet bel rumah itu beberapa kali, tetapi tetap saja belum ada sautan apalagi pintu rumah yang terbuka. Sam yakin, Dyba kalau kabur tidak pernah jauh dari rumahnya atau apartemen. Sam sudah mengecek apartemen tadi sebelum ke sini, dan di sana tidak ada Dyba.
Pintu rumah yang terbuka membuat Sam langsung meluruskan pandangan. Ia meneguk ludah kasar saat Gean memandangnya dengan sinis.
"Abang, Dy ada di dalam?"
"Masih nyari istri lo?"
"Masih bang, Sam mau nyelesaiin semuanya."
Gean menghela nafas kasar. "Gue tau harusnya gue gak ikut campur lagi sama masalah kalian karena kalian udah berumah tangga, tapi gue minta kali ini aja Sam, biarin Dy tenang dulu."
Sam menatap Gean dengan sedihnya. "Bang, abang tau kalau marahan lama-lama itu gak baik buat hubungan."
"Ya gue tau, tapi kalian kayak gini kan juga gara-gara kelakuan lo."
"Bang Ge ... please, gue butuh ketemu anak sama istri gue. Gue ngaku gue salah, salah banget, tapi jangan halangi gue ketemu anak sama istri gue."
Gean mendorong tubuh Sam pelan, ia menutup pintu di belakangnya. Tangan Gean berada di bahu Sam. "Sam, dengerin gue kali ini aja. Dy sama Rion baik-baik aja. Biarin Dy tenangin diri dulu, biarin sakitnya agak menghilang dulu."
"Bang ...."
"Sam, lo tau? Gue pengen mukul lo, pengen pakai banget, tapi gue sadar hak Dyba bukan sama gue lagi, dia milik suaminya. Tapi sumpah, kalau tangan gue gak bisa ditahan, udah satu tonjokan di pipi lo. Ngeliat Dyba datang, terus langsung nangis sama gue sampai akhirnya dia tidur, itu buat gue sakit Sam. Gue serasa gagal jadi abang untuk dia, gue seakan gak tau apa yang dia alami. Untung bunda sama ayah lagi di luar kota, kalau enggak gue udah gak tau nasib lo sama Dy gimana. Dyba princess di keluarga ini Sam, kami sebagai keluarganya bahkan ngejaga supaya dia gak nangis, dia gak ngerasain apa yang namanya sakit. Sekarang lo pulang dulu, gue tau kondisi lo lagi gak sehat juga."
Sam menatap Gean dengan genangan air mata yang siap keluar kapanpun. "Maafin gue bang, gue salah banget di sini. Kalau emang gak bisa ngomong atau ketemu sama Dyba, biarin gue ketemu anak gue. Biarin dia gue jadiin penguat untuk gue. Habis ketemu, kalau lo nyuruh gue pulang, gue bakalan pulang. Tapi, setelah hari ini lo harus janji lo bakalan bolehin gue ketemu sama Dy."
Gean mengangguk, ia membuka pintu di belakangnya. "Lo duduk diem di sofa, jangan bergerak!"
Sam mengangguk. Ia mengikuti langkah Gean dari belakang. Saat Gean berjalan pelan di depannya, Sam dengan cepat langsung menerobos Gean dan berlari ke tangga menuju kamar Dyba.
"Sam!"
Sam membuka knop pintu, saat ia naik tangga sedari tadi ia berdoa agar pintu Dyba tidak dikunci. Dan alhamdulillah, Allah mengabulkan doanya.
Sam dengan cepat memasuki kamar Dyba lalu menguncinya. Sam menahan pintu kamar Dyba dengan punggungnya saat pintu itu digedor Gean dengan kencang.
"Sam! Gue udah mencoba baik sama lo bangsat!"
Sam memutar kunci pintu satu kali lagi. Ia tersenyum saat melihat Dyba tengah memeluk Rion dan menatapnya dengan takut.
"Sempat lo macam-macam sama adik gue, gue janji badan lo bakalan remuk Samudera!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...