25

13.3K 1.1K 44
                                    

"Assalamu'alaikum, Bunda."

Dyba mengerjapkan matanya mendengar suara imut itu. Matanya menyipit saat sinar terang menembus matanya. Setelah matanya terbuka, lengkungan bibir Dyba langsung terbentuk.

"Airin." Gadis kecil di hadapannya mengangguk sambil tersenyum manis. Dyba melihat ke kanan dan kiri, tidak ada orang lain di sini kecuali dirinya dan gadis cantik di depannya.

Tubuh Dyba terhuyung saat gadis itu memeluknya dengan erat. "Airin kangen bunda." Air mata Dyba menetes, ia menghirup wangi gadis cilik di pelukannya, wanginya tidak pernah ia temukan di dunia.

Airin melepas pelukannya, ia berdecak saat melihat genangan air mata jatuh ke pipi bundanya. "Bunda, kan Airin dah ngomong jangan nangis, Airin gak mau bunda nangisin Airin terus," ucapnya sambil menghapus air mata di pipi Dyba.

Dyba memaksakan senyumnya. Ia membawa Airin duduk di pangkuannya. "Dah, bunda gak nangis lagi."

Gadis cilik di hadapan Dyba itu tersenyum gemas, ia mencium pipi Dyba. "Bunda senyum terus, jangan nangis. Kalau bunda nangis terus ada hujan yang turun berarti tandanya itu Airin lagi marah sama bunda. Oke, bunda janji jangan nangis lagi, ya?"

Dyba mengangguk. "Bunda usahakan gak bakalan nangis lagi."

"Nda, kapan-kapan Airin mau nyulik ayah ya biar ketemu Airin di sini."

Dyba terkekeh, tetapi tangannya mengusap air mata yang menetes di pipinya. "Culik aja, ayah kepo sama kamu."

Airin mengangguk semangat. "Bunda, Airin tau bunda bayangin Bella itu jadi Airin."

Dyba terenyuh, ia menghela nafasnya kasar. Dyba menunduk. "Maaf, bunda belum bisa ikhlasin kamu."

"Pantesan aja masih ada yang ngeganjel di dalam Airin."

Dyba langsung mendongakkan kepalanya mendengar itu. "Terus jadinya kamu gimana?"

Airin terkekeh, ia mencubit pipi Dyba. "Muka bunda lucu kalau kaget. Ya Airin gak papa kok, cuma agak gimana gitu rasanya. Makannya cepet ikhlasin Airin ya biar Airin bisa tenang di sini."

"Bunda selalu usahain kok."

Airin tersenyum menenangkan, ia memeluk Dyba sekali lagi. "Gak papa jadiin Bella pancingan biar Airin cepet dapat dedek. Airin di sini bakalan bahagia, bahagia sama temen-temen walaupun Airin gak bisa sama bunda sama ayah. Airin sayang bunda sama ayah, walaupun Airin gak ada di samping kalian jangan pernah lupain Airin ya. Airin cuma minta ikhlasin Airin di sini, tapi jangan pernah lupa kalau Airin pernah ada di hidup kalian."

"Bunda minta maaf kali ini bunda nangis lagi." Setelah mengatakan itu Dyba terisak sambil memeluk Airin erat.

"Iya, untuk sekarang aja gak papa. Lain kali jangan nangisin Airin lagi."

Beberapa menit berlalu, Airin menepuk-nepuk punggung Dyba. "Nda, waktu Airin udah habis. Airin harus balik sama temen-temen Airin lagi."

Dyba menghela nafas panjang, ia melepas pelukannya dari Airin. Ia menatap Airin lamat dan kemudian mengecup pipi dan bibir Airin sekilas. "Bunda sama ayah sayang sama kamu, kamu jadi malaikatnya bunda di sini."

Airin tersenyum manis. "Airin lebih sayang sama ayah sama bunda." Airin berdiri dari pangkuan Dyba, ia mulai berjalan menjauh dari Dyba. "Assalamu'alaikum, Bunda, Airin pamit dulu."

***

Dyba tersentak saat ia serasa jatuh ke lubang yang begitu dalam. Dyba menatap kanan dan kirinya, ia sudah berada di dalam kamarnya. Dyba meminum air yang ada di atas nakas dan meneguknya dengan cepat. Nafasnya serasa tersenggal-senggal.

DySam (After Marriage)  [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang