Kejadian di kamar mandi kemarin sudah berlalu tiga hari yang lalu. Setelah mereka selesai dengan kegiatan itu, Sam dan Dyba memutuskan untuk pulang ke rumah Dyba saja.
Saat ini kedua sejoli itu sama-sana tengah mengeringkan rambutnya yang masih basah. Sam yang tengah menggosok-gosok rambutnya dengan handuk di pinggir ranjang dan Dyba yang duduk di depan meja rias.
"Dy, besok kita pindah, ya."
Dyba yang tengah menyisir rambutnya itu menjadi terhenti. Ia menatap Sam dari kaca meja riasnya. "Ke mana? Apartemen?"
Sam menggeleng. "Hari ini aku bakalan ngajak kamu keluar dulu."
"Ih, aku tuh nanya kita mau pindah ke mana, kok jawaban kamu malah gak nyambung."
Sam menatap Dyba dari kaca itu juga. "Nanti kamu juga tau aku bakalan ngajak kamu ke mana."
Dyba mengalah, ia hanya mengangguk saja. Ia mulai menyalakan hair dryer miliknya untuk mengeringkan rambut basahnya itu. Sam yang melihat kegiatan Dyba itu tersenyum. Ia berjalan dan berdiri di belakang Dyba.
Dyba mengerutkan keningnya menatap Sam. "Kenapa?"
Tanpa menjawab Sam mengambil alih hair dryer dari tangan Dyba. Sam mulai mengarahkan benda itu ke rambut Dyba. "Ini tuh salah satu kesukaan aku."
Dyba terkekeh. "Hobi baru, ya?"
Sam mengangguk-anggukkan kepalanya. Dyba tersenyum melihat wajah serius milik suaminya itu. Setelah merasa rambut Dyba sudah mulai kering Sam mematikan alat itu. Ia menunduk dan mencium rambut Dyba. "Besok aku pakai sampo kamu aja deh. Wangi stoberi, enak, nenangin jadinya."
Dyba mendongak dan menyenderkan tubuhnya ke Sam. "Terserah kamu, semua punya aku kan udah jadi punya kamu."
Sam menunduk, ia mencium kening Dyba dengan sayang. "Iya, sayang."
Dyba menatap Sam dengan bibir bawah yang dimajukan. "Kamu mulai kerja kapan?"
"Paling tiga hari lagi. Kenapa?"
"Kamu gak mau jalan-jalan dulu gitu?"
Sam tersenyum geli. Ia mencubit hidung Dyba. "Kode nih minta honeymoon?"
"Enggak. Honeymoon kapan-kapan aja kalau kamu lagi waktu luang. Tiga hari honeymoon ngapain coba? Paling kamu cuma ngurung aku di kamar aja."
"Tau aja kamu ini. Terus mau ke mana?"
"Ke villa kamu yang ada di puncak aja."
"Boleh. Mau berangkat nanti aja atau besok?"
Mata Dyba berbinar mendengar itu. "Besok aja deh, biar lebih enak, kita dari pagi berangkatnya."
"Siap, siap, perintah tuan putri gak bisa terelakkan."
***
Mata Dyba membulat, bibirnya menganga kagum melihat rumah yang ada di hadapannya ini. Bergaya menimalis, sepertinya di dalamnya terdapat tiga lantai dengan lantai yang paling bawah untuk garasi.
Dyba mengerjap-ngerjapkan matanya sambil menatap Sam. "Rumah kita? Kamu ngerampok papa?!"
Sekarang ganti mata Sam yang membulat. "Ya gak mungkin lah, Adyba cantik. Ini dibangun pakai setengahnya uang tabungan aku terus papa sama ayah juga bantu-bantu dikit. Lagipula ini belum seberapa sama rumahku atau rumahmu. Aku mikir kalau aku bangun yang sebesar itu terus kita belum punya debay, kasihan kamunya yang kesepian sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...