Sam tersenyum saat melihat Dyba dengan senangnya bermain dengan Bella. Ia awalnya khawatir, khawatir kalau trauma Dyba tentang anak bakalan muncul kembali, tetapi untungnya tidak.
"Sam, emang anak lo sama Dy kenapa?"
Sam menatap Bintang, ia tersenyum tipis dan kemudian menatap langit-langit kantornya. "Dia pergi bahkan sebelum gue sama Dy tau keberadaannya. Dia masih bentuk gumpalan darah waktu diangkat dari rahim Dy. Namanya cantik, Airin Githa Syahla Salsabilla Zudianto, yang artinya perempuan yang dianugerahi mata kebiru-biruan bagai mata air surgawi."
Bintang terenyuh, ia menatap Sam dan jelas ada binar kesedihan di matanya. "Dy keguguran?"
Sam menghela nafas panjang dan mengangguk. "Dia jatuh dari tangga. Dy jadi punya trauma waktu lihat anak kecil gara-gara itu, tapi entah kenapa sama anak lo malah gak ada reaksi apa-apa, dia malah seseneng itu. Biasanya kalau liat anak kecil, apalagi yang baru lahir gitu dia udah pasti langsung nangis."
"Mungkin Dy udah belajar ikhlas. Dan semoga anak gue bisa jadi pancingan supaya lo sama Dy bisa diberi kepercayaan lagi untuk dapatin anak."
"Aamiin."
Bintang ikut meng-aamiin-kan itu. "Sam, gimana? Buat tiap hari kan?"
Sam memukul lengan Bintang. "Kagaklah, gak baik buat tiap hari."
Bintang tertawa. "Gue tau sih, gue cuma pengen goda lo aja." Bintang menatap sekilas Dyba yang masih sibuk dengan anaknya itu kemudian menatap Sam lagi. "Lo mau tau gak kesan awal gue lihat Dy waktu di toko buku itu?"
"Apa?"
"Tapi janji jangan ngamuk sama gue lagi."
Sam mengernyitkan dahinya mendengar itu. "Jangan bilang lo langsung suka sama Dy?"
Bintang menyengir. "Iya, soalnya Dy cantik."
"Kampret emang lo!"
"Oom, kampret itu apa sih?" Sam tersentak mendengar suara itu sudah ada di sampingnya saja.
Sam mengigit bibirnya, mencari alasan yang tepat untuk menjelaskan kepada gadis cilik yang sedang memandanginya dengan heran. Sam memberikan kode kepada Bintang, tetapi bapak gadis kecil ini malah menahan tawanya. Sam menggaruk tengkuknya kemudian mengusap lembut rambut Bella. "Bella kalau mau tau artinya nunggu besar aja ya. Yang pasti jangan dipakai karena itu artinya jelek."
Bella membulatkan bibirnya lucu, ia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Belalti gak boleh aku sebut ya, Om?"
"Gak boleh sayang. Udah sana main sama tante lagi."
Gadis kecil itu mengangguk dengan semangat. "Siap om muka celem!"
Sam memutarkan kepalanya mendengar itu. "Lo buat Bella sambil ngapain sih? Anak lo kayaknya julid bener dah."
"Sambil gibahin mantan gue yang hamil duluan."
"Anjrit!"
"Sam, mulutnya!" kata Dyba sambil menatap Sam tajam.
Sam langsung menutup mulutnya sambil tertawa. Ia tidak bisa membayangkan, bagaimana caranya lagi ena-ena terus sambil gibahin mantan.
Sedangkan di sofa ruangan Sam Dyba menggeleng-gelengkan melihat tingkah suaminya dan Bintang itu, entah apa saja yang dibicarakan kedua lelaki itu.
"Tante." Dyba menunduk, ia mengelus rambut Bella dengan halus. "Apa sayang?"
"Es klim nya belum datang ya?"
"Sebentar lagi bakalan sam-"
Suara ketukan pintu menghentikan perkataan Dyba. Suara Sam yang berkata "masuk" dan langsung disuguhi dengan Angel yang sedang membawa banyak plastik.
"Yey! Es klim!" Dyba tersentak, Bella melompat begitu saja dari pangkuannya dan langsung mengambil satu bungkus es krim yang masih ada di kantong belanja itu.
Dyba tersenyum kepada Angel. "Terima kasih."
"Sama-sama, Bu, saya permisi keluar dulu."
Dyba mengangguk. Ia kemudian menatap Bella yang tengah menyodorkan satu bungkus es krim ke arahnya. "Untuk tante?"
"Tante pede banget, maksudnya aku tolong bukain es klim nya, aku gak bisa."
Dyba melongo sesaat mendengar kata-kata Bella itu. Ia menggeleng-gelengkan kepala, tetapi tetap mengambil bungkus es krim itu dan membukanya.
"Om gak dikasih?" ucap Sam sambil duduk di samping Dyba.
"Kasih lah oomnya sayang, kan oom itu yang beliin kamu," ucap Bintang sambil ikut duduk di sofa.
Bella mengerucutkan bibirnya, ia mengambil dengan asal satu bungkus es krim yang sudah ada di atas meja itu. Ia berjalan ke arah Sam dan memberikan satu bungkus es krim itu sambil menunduk. "Untuk oom. Makasih udah beliin aku es klim."
Sam terkekeh, ia mencubit gemas pipi Bella sehingga membuat gadis cilik itu menatapnya. Sam mencium pipi Bella. "Bercanda, kamu makan aja semuanya, oom gak minta."
"Benelan?"
Sam mengangguk, tetapi kemudian tubuhnya membeku saat merasakan pelukan dari Bella. "Makacih om. Walaupun om mukanya celem, tapi telnyata oom baik."
Dyba tersenyum melihat pemandangan itu, ia mengusap sudut matanya yang sudah mengalir air mata di sana. Mungkin kalau anaknya masih ada, anaknya pasti akan memeluk Sam dengan penuh kasih sayang kayak gitu.
"Tante, jangan nangis. Tante mau es klim Bella ya? Nih Bella kasih." Bella menyodorkan es krim yang sudah sempat ia emut kepada Dyba.
Dyba terkekeh, ia mengusap air matanya. "Gak usah kamu makan aja. Ini tante letak di kulkas ya biar gak mencair."
Bella tersenyum manis sambil mengangguk. "Makasih, Tante."
"Sorot mata Dy gak bisa bohong Sam, dia kangen anak kalian." Sam menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Bintang. Sam menatap punggung Dyba yang sudah hilang dari pandangannya.
"Gue ke belakang dulu ya," ucap Sam dan dibalas anggukan dari Bintang.
Sam menghela nafas panjang, ia memeluk tubuh yang sedang memasukkan es krim ke dalam kulkas itu dengan erat. Tangannya mengerat di pinggang Dyba. "Jangan nangis, ya? Ikhlasin Airin, Airin pasti ngerti kok dari atas sana."
Buliran bening yang jatuh di tangannya membuat Sam membalikkan tubuh Dyba, Sam memeluk tubuh Dyba dan Dyba langsung membenamkan wajahnya di dada Sam. "Udah, jangan nangis. Kita kan nyoba terus, kita juga coba main-main sama Bella untuk pancingan supaya kamu hamil. Aku pernah denger dari mama kalau kehadiran anak kecil bisa jadi pancingan supaya seseorang bisa hamil. Kita pokoknya berusaha dan berdoa terus aja. Okey, sayang?"
"Maaf, aku gak bisa jaga Airin waktu itu. Coba aja kalau Airin masih di sini, dia bakalan bisa meluk kamu kayak Bella waktu meluk kamu tadi."
Sam mengusap-usap punggung Dyba. "Shh, udah sayang. Airin pasti udah bahagia kok di sana. Tinggal kita aja yang belajar ikhlasin supaya Airin lebih bisa bahagia."
"Aku udah nyoba Sam, tapi berat."
Sam mengecupi puncak kepala Dyba. "Bundanya Airin pasti kuat, harus bisa demi Ainitn yang pasti bahagia di sana. Ayo, sayangnya Sam pasti bisa."
Dyba menarik nafas panjang, ia menjauhkan kepalanya dari dada Sam. Ia menatap Sam dengan matanya yang masih sendu. "Harus bisa demi Airin."
Sam tersenyum menenangkan, ia mengecup mata Dyba kanan dan kiri, turun ke hidung Dyba, mengecup pipi kanan dan kiri Dyba, dan terakhir ke bibir Dyba agak lama. "Pasti bisa."
***
Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁'◡'❁)Jangan lupa vote and comment
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment ceritaku ♡♡11 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...