83

12.4K 1.2K 139
                                    

Maaf ya dua hari aku gak update, ujian praktek makin banyak, apalagi dl nya juga dalam waktu dekat.

Untuk yang selalu nanyain kapan DySam up, maaf aku gak bisa jawab satu-satu. Makasih kalian udah selalu nanya dan nungguin DySam.

Happy Reading ^^

***

Mata coklat itu menatap bayi mungil itu dengan berbinar. Jari-jari tangannya di genggam oleh jari-jari mungil bayi yang sedang menatap dirinya polos.

Rion menatap Dyba. "Buna, dedeknya boleh abang makan gak sih? Imut!"

Dyba terkekeh, ia menatap interaksi Rion dan Letta. Letta tengah menatap abangnya dan Rion yang tengah ngomong-ngomong sendiri.

"Buna, Letta dali tadi nguap telus."

Dyba mengambil Letta dari dalam box bayinya. Rion mengikuti langkah Dyba, ia ikut duduk di depan Dyba saat bundanya itu duduk di tengah-tengah ranjang.

Rion meneguk ludah kasar saat melihat dada Dyba, apalagi saat mulut Letta mulai menyesap dada itu. Tapi, ketika mengingat rasa terakhir yang ia rasakan saat menyesap dada itu, ia seketika bergidik, rasa pait langsung menguar di mulutnya.

Dyba menatap geli Rion. "Abang kenapa?"

"Pait mulut abang, buna."

"Gak usah dibayangin, bang. Mau buna buatin susu aja?"

Rion menggeleng. "Nanti abang minta sendili aja sama mbak Ana. Buna kan masih ada dedek, jadi ndak boleh banyak gelak."

Dyba mengelus kepala Rion. "Hei, gak papa kalau mau minta tolong buna. Abang anak buna, abang mau minta apa-apa jangan mikir karena ada dedek abang jadi gak diperhatiin sama buna, sayang."

Rion menggeleng sambil tersenyum lebar. "Ndak papa buna, abang kan dah gede jadi mau belajal sendili juga."

"Kalau butuh apa-apa gak papa minta aja sama yayah atau buna."

Rion mengangguk. "Iya, buna."

Dyba tersenyum. Sifat dewasa Rion sudah tercipta saat Letta keluar beberapa minggu yang lalu. Tapi, Dyba juga gak mau Rion menjadi merasa tersingkirkan karena adanya Letta.

"Abang mau makan apa?"

Rion yang sedari tadi menatap Letta menjadi menatap Dyba. "Emm, ndak tau."

"Abang mau apa? Bilang aja."

Mata Rion tidak lagi menatap Dyba, ia menatap sekeliling kamar dan tangannya memilin-milin baju biru yang ia pakai. "Pengen nasi goleng buatan buna."

Dyba terkekeh. "Bilang kek dari tadi. Bentar, buna nidurin dedek dulu, ya? Ini dedek dah merem kok."

Rion mengangguk semangat. "Iya, buna."

Keadaan kamar hening lagi. Tangan Rion mengusap-usap dengan lembut tangan Letta dan Dyba yang menatap Letta dengan lembut. Ah, hidupnya benar-benar sudah sempurna sekarang. Dua anak yang sepasang dan seorang suami yang menyanyanginya dengan tulus.

Dyba meletakkan Letta yang sudah tertidur di dalam box bayinya. Wajahnya begitu pulas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DySam (After Marriage)  [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang