"Dyba, ini diletak di mana?"
Dyba melihat barang yang ditunjukkan Sam. "Ngapain kamu bawa boneka itu?"
Sam melihat-lihat boneka di pegangannya. "Emang kenapa? Ini lucu, Dy."
Dyba mengernyitkan dahinya. "Lucu? Kamu sehat kan? Itu tangan udah putus satu, kaki juga tinggal satu, lebih mirip kayak boneka santet, Sam."
Sam mencibikkan bibirnya. "Ini tuh lucu. Kamu gak bolehin dia ada di sini gitu?"
"Sejak kapan kamu suka boneka dan sejak kapan boneka kayak gitu lucu? Bukan gak boleh, tapi itu nyeremin, Sam. Lagian itu boneka siapa sih?"
"Boneka bang Agam. Ini tuh boneka bang Agam waktu dia masih kecil. Dulu dia gak suka robot, dia sukanya boneka. Untung sekarang jadinya macho bukan bengcong."
Dyba mengusap wajahnya kasar, kelakuan Sam makin aneh-aneh saja. "Kembaliin lagi sama bang Agam, kalau enggak buang aja. Itu mata bonekanya bentar lagi juga mau putus, Sam!"
Sam menarik mata boneka itu sampai akhirnya terputus. Boneka beruang itu tambah menyeramkan jadinya. Dyba menghela nafas kasar, ia mengambil dengan paksa boneka itu. "Ini buang aja! Gak lucu kalau tiba-tiba dia hidup!"
Dyba melempar boneka itu ke tong dekat pintu kamar. Boneka itu bukan boneka kecil, boneka itu dengan ukuran sedang, berwarna hitam dan matanya putih. Melihatnya Dyba bergidik sendiri, itu benar-benar seperti boneka santet.
Sam menatap Dyba dengan memelas. "Kasian. Tanya ke bang Agam dulu deh, siapa tau bang Agam masih mau."
Dyba berdecak. "Terserah kamu!"
Dyba lanjut membereskan pakaian-pakaian mereka ke dalam lemari. Sejak tadi setelah shalat subuh kelakuan Sam agak sedikit aneh. Mulai dari minta sarapan tiga telor ceplok setengah matang dan disajikan dengan segelas gede kopi hitam, sekarang malah kelakuannya aneh dengan boneka panda hitam itu.
"Suami gue perlu di ruqiah kali ya?"
***
Dyba menggembungkan pipinya saat melihat Sam yang sudah berpakaian rapi dengan jas hitam dengan kemeja putih yang ada di dalamnya. Dyba memasangkan dasi hitam bergaris-garis putih itu ke leher Sam. "Emang harus siang-siang gini apa ke kantor papa? Gak bisa besok aja?"
Sam menggelengkan kepalanya. "Kalau besok investornya udah balik lagi ke Inggris."
"Kamu beneran gak ngajak aku gitu?" Dyba mengencangkan ikatan dasi itu.
Sam memukul-mukul pelan pinggang Dyba. "Ini suaminya kenapa dicekik sih? Beneran, aku cuma bentar doang. Cuma lima jam paling lama."
Dyba mengerucutkan bibirnya. "Udah tadi bawa boneka santet itu, sekarang mau ninggalin aku gitu aja di rumah. Dasar kampret!"
Sam memeluk tubuh itu. "Aku bawa boneka tadi karena lucu, Dy. Bentar doang kok aku perginya sayang. Sebelum magrib aku pasti udah pulang."
Dyba mencium pipi Sam. "Awas aja kalau magrib belum ada di rumah, aku sunat lagi kamu!"
Spontan Sam langsung memegangi area bawahnya, ia menatap horor Dyba. "Ancamannya sadis!"
Dyba menggidikkan bahunya. Ia mendorong dada Sam supaya keluar dari pintu. "Bodo amat. Udah sana berangkat. Inget, kalau sampai magrib belum pulang ..." Dyba menggerakkan tangannya seperti gunting dan menatap Sam dengan senyum sinisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...