Yang masih melek di malam minggu ini absen dulu yukkk!
***
"Cie, embul tiga bulan lagi gak bisa mimik cucu buna."
Rion melepaskan bibirnya dari dada Dyba, ia berdiri dan berjalan ke hadapan ayahnya. Tangan mungilnya seketika langsung menarik rambut Sam.
Mata Sam membulat. "Embul kampret! Durhaka kamu sama ayah ih!"
Rion menjulurkan lidahnya. "Yayah akal!"
"Gundulmu! Kamu tuh yang nakal." Sam melepaskan tangan kecil itu dari rambutnya. Dengan satu tangannya ia menggenggam kedua tangan Rion. "Gak boleh main kepala sama orang tua, mendingan ayah kamu pukul dari pada tangan kamu ke kepala. Paham?"
Mata Rion yang tadi menatap Sam langsung menunduk. Tatapan Sam kalau seperti ini sudah terlalu menakutkan.
Sam menggoyangkan tangan Rion yang ada di genggamannya. "Paham gak?"
Rion mengangguk dengan pandangannya masih ke bawah. Sam tersenyum, ia bukan bermaksud keras kepada Rion, tetapi memegang kepala orang tua memang tidak sopan. Satu tangan Sam mencolek pinggang Rion.
Rion langsung berjengkit dan menatap Sam. "Yayahh!"
Sam tertawa, tangannya sekarang menggelitiki pinggang Rion dan membuat batita itu tertawa.
"Hahaha, geyi! Yayahh, geyiii, dah dahh ...."
Sam ikut tertawa, akhirnya ia melepas tangannya dari pinggang dan tangan Rion. Ia berusaha mencairkan suasana, ia tidak mau anaknya begitu takut kepadanya. Ia ingin menjadi orang tua yang humble dan menjadikan dirinya sebagai teman untuk anaknya, tetapi masih tetap memperhatikan sopan santun.
"Buna kamu ilang."
Rion langsung membalikkan tubuhnya. Matanya mengerjap dengan lucu. "Buna na?"
Sam mengacak rambut Rion. "Kan ayah dari tadi sama kamu embul."
Rion menyengir, ia berdiri dan berjalan mencari Dyba sambil berteriak, "Buna!"
Sam terkekeh melihat tingkah anaknya. Ia kembali melanjutkan game nya di PS, jarang-jarang ia bisa bermain seperti ini.
"Ayah! Ion mana?"
Sam menghela nafas kasar, ia memberhentikan game nya kemudian menatap Bella dengan lembut. "Bella kampret, kalau datang ke rumah orang salam dulu sayang. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Gi-"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
Sam mengusap dadanya, ia memaksakan senyumnya. "Ayah cuma contohin Bella."
"Bella juga cuma jawab, yah, karena kata mama kalau ada orang salam harus di jawab."
"Fine, kamu menang! Embul gak tau ke mana."
Bella berdecak, ia mencomot kue yang ada di depan Sam kemudian berjalan menjauhi Sam. "Ngomong sama ayah mah gak guna."
Mata Sam membulat. "Ayah denger ya Bella!"
Sam menormalkan nafasnya, Bella benar-benar kadang menguras emosinya. Gadis cilik yang sekarang sudah memasuki TK A itu membuat Sam merasa ia memiliki anak perempuan pertama. Bukan bermaksud menggantikan Airin, tetapi kehadiran Bella membuat harinya tambah berwarna, iya berwarna maksudnya lebih emosi. Gadis cilik itu sama seperti mamanya, julid dan tukang kompor, semoga saja besoknya tidak menjadi cabe-cabean kayak emaknya dulu.
"Sam, embul mana?"
Sam dengan terpaksa memberhentikan game nya lagi. Ia menolehkan kepalanya ke Dyba yang di tangannya tengah membawa mangkok yang di dalamnya berisi salad buah. "Gak tau, tadi dia nyari kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DySam (After Marriage) [Selesai]
Teen Fiction[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung) Kisah awal hubungan Samudera dan Adyba tidak hanya sampai di kisah itu. Saat ini, mereka tengah merasakan hiruk pikuk rumah tangga yang s...