39

12.4K 1.2K 200
                                    

Dyba mengerucutkan bibirnya, ia terbangun saat suara perutnya berbunyi. Ia melirik ke jam di atas nakas, masih jam setengah tiga pagi. Dyba mengelus-elus perutnya yang sudah mulai membesar, sudah memasuki minggu ke-11.

"Adek di dalam lapar ya? Bentar, kita cari makanan dulu."

Dyba akhirnya memutuskan untuk terbangun dari tidurnya. Dengan hati-hati ia membuka selimutnya dan berjalan menuju pintu, tentunya menutup pintu kamar itu dengan hati-hati.

Dyba berjalan ke dapur, membuka lemari dapur, tetapi tidak ada makanan. Ia membuka kulkas dan hanya ada selain kacang dan nutella di sana. Bibir itu semakin mengerucut, Dyba duduk di pinggir meja makan. "Makanannya ilang."

"Makan sate kayaknya enak ya, dek?" tanya Dyba sambil mengusap-usap perutnya.

Dyba mengangguk-anggukkan kepalanya, bayangan sate dengan bumbu kecap dan kacang dan taburan bawang di atasnya membuat perutnya berbunyi lagi.

Dyba membuka pintu kamar, duduk di pinggir ranjang dan menatap suaminya sebelum ia membangunkan lelaki itu. Dyba menyusup di pelukan Sam, jarinya bergerak-gerak di dada Sam.

"Sam ...."

Sam mengerang, ia mengeratkan pelukannya di tubuh Dyba. Dyba mengigit benda yang ada di tengah dada Sam. "Ayah ... bangun dong, adek laper."

Sam membuka matanya dan menunduk, ia mengucek-ucek matanya. "Kenapa sayang?"

Dyba menatap Sam penuh harap. "Mau sate."

Alis Sam naik sebelah. "Sate? Ini jam berapa emangnya?"

"Jam setengah tiga lebih," jawab Dyba dengan menyusupkan wajahnya di dada Sam.

Sam mengarahkan tangannya mengelus perut Dyba. "Yang pengen dia atau kamu?"

"Dua-duanya."

Mendengar jawaban lirih istrinya itu membuat senyum Sam terbit. Faktor kehamilan membuat Dyba semakin manja, dan jangan lupakan juga semakin ngambekan.

"Ya udah, lepasin dulu ininya atuh, gimana caranya aku mau beli sate?"

Dyba melepas pelukannya, ia menatap Sam dengan tatapan memelasnya. "Aku ikut ya?"

Sambil duduk Sam menggelengkan kepalanya. "Enggak, pagi-pagi kayak gini pasti dingin di luar," ucap Sam sambil berdiri dari ranjang.

Mendengar isakan dari belakangnya membuat Sam langsung membalikkan tubuhnya. Ia dengan asal mengambil satu baju di lemari dan menghampiri Dyba yang tengah terisak sambil memeluk bantal.

"Astaghfirullah sayang, kenapa? Jangan nangis dong," ucap Sam panik sambil mengelus-elus lengan Dyba.

"Gak usah pegang-pegang! Aku marah sama kamu!"

Sam membawa tubuh itu ke dalam pelukannya. Ia akhirnya membaringkan lagi tubuhnya ke atas kasur. "Sstt ... Jangan nangis sayangnya Sam. Kenapa? Jangan marah dong."

"Kamu gak ngebolehin aku ikut." Jawaban dengan nada yang tersendat-sendat itu membuat Sam menghela nafas panjang.

"Ya ampun, bukan gitu maksud aku. Kan gak baik Dy dingin-dingin gini buat kamu."

Mendengar jawaban Sam itu membuat Dyba semakin mengeraskan tangisnya. Ia memukul-mukul dada Sam. "Jahat kamu! Kan aku mau ikut!"

Sam melepas pelukannya, ia menangkap tangan Dyba yang tadi memukul-mukul dadanya. "Ya udah, boleh ikut."

Dyba menatap Sam dengan lelehan air mata yang masih merembes dari matanya. "Gak usah ngajak kalau gak ikhlas!"

"Astaghfirullah Dyba, ikhlas sayang, aku ikhlas ngajak kamu. Ya udah bentar duduk diem di sini, aku mau ambilin kamu sweater dulu."

DySam (After Marriage)  [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang