17

11.5K 1K 33
                                    

"Assalamu'alaikum."

Dyba yang tengah duduk di sofa ruang keluarga langsung tersenyum saat mendengar salam itu. Ia langsung berlari dan memeluk tubuh Sam. Sam membalas pelukan itu dan membawa tubuh itu ke dalam gendongannya. Seketika penatnya menguar begitu saja.

"Hei, salamnya belum dijawab."

Dyba terkekeh, ia mengigit pipi Sam. "Waalaikumsalam kamu yang bau acem."

Sam menciumi wajah Dyba dengan gemas. "Nih, nih, cium nih yang kata kamu bau acem."

Dyba tertawa, ia menyembunyikan wajahnya di leher Sam. Sebenernya tidak ada bau asem sama sekali, tetapi ia hanya menggoda suaminya itu. Dyba meniup-niup telinga Sam. "Udah shalat kan kamu?"

"Udah sayang." Sam membawa tubuh Dyba ke sofa ruang keluarga dan mendudukkan dirinya di sana, tentunya dengan Dyba yang berada di pangkuannya.

"Minggu depan kita udah bisa buat adek lagi," bisik Dyba dengan pelan di telinga kanan Sam.

Bisikan Dyba itu membuat Sam langsung berbinar. Ia mendorong tubuh Dyba dengan perlahan dan langsung menatap Dyba dengan serius. "Beneran? Kamu udah datang bulan?"

"Beneran, tadi siang aku dapat."

"Cepet banget, beneran dua minggu." Dyba mengangguk mengiyakan perkataan Sam itu.

"Tapi, kamu dah mastiin kalau itu datang bulan kan bukan ada sesuatu yang bermasalah?"

"Bukan sayang, aku tadi udah periksa mereka dokter waktu keluar darah kayak gitu."

Sam mengerucutkan bibirnya. "Kan aku dah bilang kalau kamu mau keluar mah ngomong dulu sama aku."

"Aku mau suprise sama kamu."

Sam tiba-tiba menyeringai. "Kayaknya kamu harus dihukum deh."

Mata Dyba membulat, ia langsung berusaha untuk turun dari pangkuan Sam. "Sam, jangan macem-macem deh."

Sam mendekatkan wajahnya dengan wajah Dyba. "Gak macem-macem kok sayang cuma satu macem aja."

"Aaa ..." Dyba tersentak saat Sam menggendongnya dan berjalan dengan cepat ke arah kamar mereka.

"Sam!"

"Tenang aja sayang cuma main atas doang kok."

***

Sam terkikik sendiri saat mendengar gerutuan Dyba. "Jangan gerutu terus sayang, gak baik."

"Kamu mah buat merah-merah aja, di semua tempat lagi, gak tau apa ini tuh susah ngilanginnya."

Sam terkekeh, ia berlutut di belakang Dyba dan mengecup tengkuk wanitanya. "Gak papa biar orang tau kamu udah ada yang punya. Udah, jangan gerutu mulu."

Sam memeluk tubuh Dyba dari belakang dengan manja. Istrinya itu masih sibuk berkutat di depan meja rias dengan bedak yang ada di tangannya. "Kamu gak mau lanjutin kuliah lagi, Dy?"

Dyba memberhentikan gerakannya mengoles bedak di wajahnya. "Sama kamu boleh emangnya?"

"Ya boleh atuh sayang, asalkan kamu gak lupa sama status kamu."

Dyba meletakkan bedaknya, ia membalikkan badannya. Dyba mengelus rambut Sam yang sekarang malah membenamkan wajahnya di pahanya. "Ya udah semester depan aku mulai kuliah lagi. Makasih sayang."

"Iya." Sam menikmati elusan tangan Dyba di rambutnya, terasa lembut. Ia bingung apakah ia harus memberi tahu Dyba soal ada sekretaris percobaan itu? Tapi, akhirnya Sam memutuskan untuk memendamnya sendiri karena mungkin ini juga tidak penting kepada Dyba.

DySam (After Marriage)  [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang