Febi masih menahan dongkol yang ada sejak pembagian kelompok tadi. Saat ini ia berjalan tepat di belakang Hani yang sedang mengobrol dengan Koki. Apalagi ketika melihat Jyutaro yang masih sering melirik kearah Hani.
Ya, kelompok Febi dan Hani kebetulan tergabung dengan kelompok Koki, bersama tiga orang lainnya ; Jyutaro, Maiki, dan Hyoma.
Beberapa kali ia memukulkan kepalan tangannya ke telapak tangannya yang lain. Rasa kesalnya seakan sudah memuncak ketika ia melihat bendera berwarna hijau yang ada diatas pohon.
"Diatas ada bendera, mau ambil atau skip?" tanya gadis itu datar sambil menunjuk kearah bendera itu.
"Wah, tinggi juga ya. Bagaimana cara mereka meletakkannya disana?"
"Biar aku yang naik," ujar Hyoma setelah memikirkan pijakan yang bisa ia gunakan.
"Eh, yakin? Kita cari yang lain saja, bahaya kalau kita nekad," potong Maiki sebelum Hyoma mulai memanjat.
"Aku setuju, kita cari bendera lain saja yang tidak membahayakan. Padahal sejak tadi harusnya kita sudah melewati beberapa bendera, kenapa berhentinya di bendera yang membahayakan begini," ujar Hani lalu kembali mengajak berjalan.
Febi melotot tidak terima. Harusnya ia sendiri tahu diri kalau sejak tadi ia bahkan tidak berniat menoleh kearah selain Koki.
Hyoma yang melihat wajah Febi yang seakan ingin mencakar Hani itu dengan segera merangkulnya dan membawanya ikut berjalan.
"Kalian sedang ada masalah, ya?" bisik Hyoma yang sekarang ada di baris terakhir bersama Febi.
Sedangkan Febi hanya melirik sinis Hyoma, udah jelas pake tanya!
Ia lalu melepaskan tangan Hyoma dari pundaknya dan maju sampai di sebelah Riju dan menggamit lengan gadis itu.
Mood Febi sudah hancur bahkan sejak ia tahu kalau teman sekelompoknya adalah Hani. Rasanya ingin ia menelpon kakaknya untuk menjemputnya kesini sekarang juga.
.
"Cha, kamu jalan duluan aja. Biar aku yang paling belakang." Fia menarik lengan Icha agar berjalan di depannya.
Bukan tanpa alasan. Gadis itu mengincar sebuah kunci berwarna keemasan yang ada di rerumputan.
Kalo Icha liat aku ambil kunci itu, dia pasti udah bisa nebak, batin Fia sambil mendorong-dorong bahu Icha.
"Pelan kali, Fi. Gue bisa jalan sendiri."
Fia mengabaikannya lalu perlahan menjauhkan tangannya dari bahu Icha. Ia sekali lagi mengamati rombongannya sebelum dengan cepat mengambil kunci kecil yang diincarnya.
"Enaknya aku simpen dimana, ya?." Fia menimang kunci tersebut. Lalu kembali mengedarkan pandangannya.
Ia terdiam ketika mendapati rombongannya sudah tidak terlihat sama sekali. Setelah memasukkan kuncinya di salah satu saku bajunya, Fia mencoba berjalan menyusuri jalan yang sepertinya dilewati teman-temannya.
Tidak banyak tanda petunjuk yang dapat ditemukan. Hanya ada tanda berupa tempelan huruf 'G' berukuran sedang di sebuah pohon.
Menurut feeling dan yang ia ingat di peta yang dibawa oleh siswa paling depan, harusnya ia berjalan kearah barat sekitar empat ratus meter lagi.
Mengikuti kata hati, Fia berjalan pelan ke barat dengan tatapan yang waspada ke sekelilingnya.
Semakin berjalan, rasanya semakin jarang lagi bisa ditemui petunjuk sekecil apapun. Padahal harusnya sebentar lagi kegiatan ini berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The 'Cause We Met
Teen Fiction[SLOW UPDATE] "Jadi kalian semua minggat juga?" -Icha. "Aku capek dirumah, semua nggak ada yang peduli sama aku. Jadi lebih baik aku pergi dari rumah" -Fia. "Iya, mereka juga nggak peduli sama yang aku inginkan. Mereka nggak pernah jadi remaja mung...