Sudah hampir tengah malam saat keempat gadis itu sedang bersila melingkari sebuah benda pipih yang mereka letakkan diatas sebuah meja kecil.
"Yes! Aku menang duluan!" Seru Fia ketika keempat pion ludonya berhasil memasuki kotak.
"Tumben hoki?" Sahut Hani.
"Giliran kamu, Han!" Sungut Febi yang masih tertinggal cukup jauh.
"Gue masuk zona aman!" Teriak Hani dengan suara agak tertahan.
"Ah, padahal kan pengen kumakan," ujar Febi.
"Padahal gue butuh mata dadu dua," kesal Icha saat ia mendapat mata dadu yang banyak.
"Ini kenapa malah aku yang dapet dua terus?!" Teriak Febi sedikit tertahan.
"Heh, kalian jangan berisik. Nanti yang lain kebangun," ujar Fia mengingatkan mereka.
"Akhirnya dapet dua!" Ujar Icha
"Udahlah. Aku jelas bakal kalah," ucap Febi tanpa bersemangat.
"Nyerah?" Tanya Hani. Lalu Febi mengangguk pelan.
"Oke, lo ambil baju sama wig yang ada di kasur gue, terus buruan pake," ujar Hani sambil menunjuk kasurnya dengan dagu.
Febi pasrah dan mengambil baju putih kepanjangan dan wig hitam panjang yang ada di kasur Hani lalu memakainya.
"Nih bedak bayi. Perlu gue pakein?" Ujar Icha sambil menyerahkan satu botol bedak bayi.
Febi buru-buru menyambar bedak itu sebelum Icha menuangkannya di tangannya sendiri dan bersiap 'mendandani' Febi.
"Loh, padahal mau gue pakein," ucap Icha polos sambil menatap Febi dan berkedip beberapa kali.
"Nggak. Aku ke bawah dulu sama Icha, ya," ucap Febi lalu bersiap keluar kamar.
"Handphone kalian udah siap? Nanti kalo gue mulai group call, berarti kita udah mulai. Dari Febi dan gue yang lemparin jendela kamar mereka dari luar pake kerikil. Terus Fia yang lari-larian di lorong, abis itu hidupin keran kamar mandi. Kemudian Hani mainin lampunya," instruksi Icha.
Ketiganya mengangguk, "nanti kalo aku udah selesai sama lempar-melempar, aku keatas, ujar Febi.
Mereka sepakat. Prank malam ini diusulkan oleh Febi, dan dia sendiri yang kebagian peran sebagai setan. Kemudian Icha, Hani, dan Febi turun kebawah, sementara Fia masih pada tempatnya.
Febi bisa melihat kedua kamar yang merupakan kamar Jyutaro dkk, dan Reo dkk sudah dimatikan, yang berarti mereka sudah tidur.
Ia menggenggam erat ponselnya menunggu telepon dari Icha. Semenit kemudian ponselnya bergetar, dan ia segera mengangkat panggilan dalam grup itu.
"Tes. Udah nyambung semua?" Tanya Icha dari seberang telepon tanpa berbisik sama sekali. Febi tau Icha tidak berbisik karena posisinya diluar rumah sehingga tidak akan terdengar oleh orang yang ada didalam.
"Udah," jawab Hani, Fia, dan Febi serempak.
"Sip. Gue liat lampu kamar Koki dkk belum dimatiin, berarti mereka masih bangun. Fia, mendingan lo lari-larian dulu deh. Buruan!"
Febi mendengar suara derap langkah dari ponselnya, berarti Fia sudah mulai melakukan aksinya. Beberapa kali hingga kemudian terdengar suara pintu ditutup.
"Kayaknya kamar itu mulai 'gedubrakan', tandanya mereka sadar. Jadi aku langsung masuk ke kamar lagi," ujar Fia dengan nafas yang masih ia atur.
"Bagus. Han, matiin lampunya sebentar, abis itu hidupin lagi. Bi, setelah lampu hidup, kita mulai lempar kerikil,"
Febi mengangguk walau mereka tidak bisa melihatnya. Kemudian lampu mati seketika, beberapa detik kemudian menyala lagi, "sekarang, Bi," ujar Icha.
KAMU SEDANG MEMBACA
The 'Cause We Met
Teen Fiction[SLOW UPDATE] "Jadi kalian semua minggat juga?" -Icha. "Aku capek dirumah, semua nggak ada yang peduli sama aku. Jadi lebih baik aku pergi dari rumah" -Fia. "Iya, mereka juga nggak peduli sama yang aku inginkan. Mereka nggak pernah jadi remaja mung...