74-CAN WE BACK?

12 4 0
                                    

*kalo ngerasa aneh, kok, Jutaro tbtb tau soal ini. Kalian bisa baca ulang part  42-KECEWA, tentang surat-surat dia buat Hani. Bagian tengah kalo ga salah🥰🥰

_________

"Kamu ... baik-baik aja?" tanya Icha. "Aku nggak tau harus memaafkanmu karena apa.?"

"Aku bahkan tau kalau Saka pernah memukul Hayate-kun di depan Hani dan menghapus sesuatu dari ponselnya. Hari dimana Hayate-kun, Sougo, dan kamu tidak datang pada saat latihan waktu itu," jelas Jyutaro.

"Aku tau kamu pasti marah," tambah Jyutaro yang melihat Icha belum berniat merespon ucapannya. "Makanya hari ini aku nggak mau melakukan kesalahan yang sama."

"Maksudnya?"

"Dia tadi mengikuti kalian. Karena aku nggak tau apa yang akan dia lakukan, jadi aku hanya berusaha mencegahnya," ujar Jyutaro.

Hal itu membuat Icha membulatkan kedua matanya. "Hah? Maksudnya kamu tadi..?"

"Iya. Aku berhasil mencegah dia hari ini. Posisi kamu ternyata se-enggak aman ini."

"Mau diobati dulu? Kita bisa mampir ke apartemenku sebentar," tawar Icha.

Jyutaro tersenyum. "Kamu baik, ya. Harusnya kamu marah karena aku sempat memperburuk keadaan. Harusnya sekarang kamu membenciku."

"Aku emang marah ke kamu, bukan karena ini. Tapi tentang kelakuanmu ke Febi dulu. Dan itu nggak bisa jadi alasan untuk sampai membenci orang."

"Seharusnya sebelum waktu itu kamu jelaskan ke semua anggota. Kami pasti akan lebih percaya padamu," ujar Jyutaro.

Icha tertawa remeh. "Menurutmu, itu bisa mengubah sebanyak apa? Kalau aku bilang soal itu, justru akan semakin kacau."

"Tapi kamu nggak bisa hidup terus-terusan dengan teror Saka. Apa rencanamu?" desak Jyutaro. "Kamu nggak mungkin bakal diam terus, kan?"

Raut wajah cewek itu berubah muram. "Aku belum bisa percaya ke kamu. Kalaupun aku percaya, aku nggak bisa bilang karena ada kemungkinan dia sekarang juga dengar percakapan ini."

"Itu berarti kamu emang udah punya rencana, ya."

"Entahlah. Aku juga sebenarnya belum yakin." Icha menghela napas panjang, ia lalu menoleh pada Jyutaro. "Kita lebih baik obati lukamu dulu. Ayo ke apartemenku."

Jyutaro mengangguk. Ia lalu hanya mengikuti langkah cewek yang satu tahun lebih muda darinya itu. Mereka hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk sampai di apartemen Icha.

"Duduk dulu," ujar Icha yang juga duduk di sofa ruang tamu. Ia mengeluarkan ponselnya dan meletakkannya di meja.

"Aku nggak nyangka, kamu tipe orang yang dengan mudah menyuruh cowok masuk ke apartemenmu tanpa ada orang lain disini."

Icha bercedak. "Emang begitu. Tapi sekarang aku lebih nggak suka ngobrol di luar."

"Aku mengerti, kok. Maaf, aku cuma bercanda tadi."

Cewek itu hanya mengangguk beberapa kali sambil menarik napas panjang. "Kamu tadi tanya, apa rencanaku, kan?"

"Iya. Dan kalau kamu butuh bantuan, tapi nggak mau membahayakan teman-teman lain yang nggak tau soal Saka, aku bisa bantu."

Lagi-lagi Icha berdecak. "Kalau soal itu, Shunta juga sudah tau."

Belum sempat cowok itu bertanya apapun, Icha mendekat dan membisikkan sesuatu yang membuat Jyutaro semakin terdiam membulatkan matanya.

"Aku ambil kotak obat dulu." Icha lalu berdiri dan meninggalkan Jyutaro yang masih mencoba memahami ucapan cewek itu.

Sebuah dering ponsel membuat cowok yang masih belum fokus itu refleks mengambil ponsel yang ada diatas meja dan menerima panggilan itu. "Halo?"

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang