29-RENCANA (1)

49 12 0
                                    

Koki POV.

Jam menunjukkan pukul satu siang, itu berarti aku harus segera menuju tempat latihan jika tidak ingin diancam akan dikeluarkan dari klub oleh Tsuyoshi-kun.

Namun coba lihat laki-laki yang sedang duduk sambil menyilangkan kakinya didepan sofa itu. Hanya diam sambil memperhatikan ponselnya sejak Icha memutuskan untuk pulang tadi.

Aku kasihan sebenarnya melihatnya diabaikan oleh kakaknya sendiri daritadi. Mungkin mereka sedang ada masalah, pikirku.

"Hei, katanya kau mau ikut latihan. Jadi?" Tanyaku.

Dia mengangguk lesu, padahal dia tadi terlihat sangat manja dan ceria dengan kakaknya. Dia berdiri dan menghampiriku, "sekarang?"

Aku mengangguk dan dia segera mengambil jaket dan sarung tangannya, "ayo"

Aku juga mengambil jaketku dan mendahuluinya keluar apartemen, dia mengikutiku.

Setelah mengunci pintu, aku mendahuluinya berjalan dan sesekali menengok kebelakang memastikan dia masih mengikutiku.

"Hai, kau kenapa?" Tanyaku penasaran sambil menyejajarkan langkah kami.

"Nanti malam saja. Aku kedinginan," benar saja, daritadi kedua tangannya tidak berhenti menggosok lengannya sendiri, mencoba menghasilkan kehangatan.

"Ah, di negaramu tidak sedingin ini, ya?"

Dia hanya mengangguk sambil tetap menunduk. Aku jadi merasa bersalah karena mengajaknya tadi.

"Mau sesuatu yang hangat?" Tawarku.

Dia menggeleng, "apakah masih jauh? Aku hanya perlu memeluk kakakku"

Aku terkejut dengan jawabannya. Semanja itukah dirinya?

"Tidak. Sebentar lagi kita sampai"

Memang hanya butuh waktu sekitar duapuluh menit dari rumahku untuk sampai di tempat latihan kami dengan berjalan kaki.

Disana sudah ada beberapa orang yang sampai, tapi lebih banyak yang belum datang.

Melihat Icha sudah duduk di sofa sambil membaca sebuah buku, Rion segera menghambur kearahnya.

Aku bisa melihat ekspresi beberapa orang disana yang belum mengetahui siapa Rion.

Terutama ekspresi Sougo yang terlihat kaget dengan sangat kentara.

"Ano ... dia siapa?" Tanya Jean-kun yang memang tidak pernah membiarkan dirinya penasaran.

"Pacarku" jawab Icha.

Haha. Coba lihat Sougo sekarang. Dia lucu setelah mendengar jawaban Icha. Dan lihat, yang lainnya hanya melongo seolah mereka mempercayai ucapan Icha.

Bodohnya, Rion menatap mereka semua sambil masih memeluk Icha, "kami serasi, kan?"

Untung aku masih bisa stay calm, kalau tidak pasti sekarang aku sudah tertawa mendengar drama kakak-beradik itu.

Ditambah lagi sekarang Icha mengelus puncak kepala Rion dengan lembut. Kurasa tidak sulit memperlihatkan perasaan sayangnya pada Rion, karena nyatanya dia memang menyayanginya.

"Tapi-" sekarang semua tatapan tajam itu mengarah kepadaku.

"Apa?" Tanyaku.

"Kenapa bisa berangkat denganmu?" Lanjut Jean-kun.

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang