71-LEFT

14 5 0
                                    

Cewek yang sedang duduk di pinggir ranjang itu sedikit menoleh melihat pintu kamarnya didobrak paksa. Memperlihatkan beberapa orang terlihat terkejut melihat isi kamar tersebut.

"Bukannya udah kubilang buat pergi?" Ucapan tanpa emosi itu berhasil membuat mereka kembali menguasai diri.

"Febi-chan, tolong ambilkan sapu! Shunta, bawa kotak P3K kesini, cepat!" instruksi Jinto membuat orang yang namanya disebut segera menuruti perintahnya.

Icha mengambil serpihan kaca yang berada tak jauh darinya, menggenggamnya lalu mengarahkannya ke luar. "Kalian pergi saja."

"Kamu melukai dirimu sendiri," ujar Sougo.

"Aku baik-baik aja. Setelah ini akan kubersihkan sendiri."

Shunta dan Febi kembali dengan membawa barang yang diminta Jinto tadi. Belum ada yang berani melangkah mendekat karena banyaknya pecahan kaca di lantai kamar itu.

Darah mulai menetes di lantai, membuat mereka tak memiliki pilihan lain lagi. Hayate mengambil sapu dari tangan Shunta dan mulai menyingkirkan pecahan untuk ia lewati. Dan dengan gerakan cepat menyambar tangan Icha, memaksanya melepaskan kaca yang digenggam.

"Kotak obatnya, tolong." Hayate mengulurkan tangannya dan Febi dengan cepat mendekat untuk memberikan kotak P3K yang ia pegang sekaligus mengambil alih sapu dan mulai mengumpulkan pecahan kaca di lantai.

"Aku bisa obati sendiri." Icha menjauhkan tangannya dari Hayate.

"Kadang, akan lebih baik kalau orang lain yang melakukan sesuatu untuk kita. Itu yang dimaksud bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri." Hayate masih fokus mengeluarkan betadine, kasa, dan kapas sementara Jinto mulai membantu Febi membersihkan lantai.

"Tapi yang paling bisa mengerti seseorang adalah orang itu sendiri, jadi melakukan semuanya sendiri adalah pilihan yang baik." Kali ini Icha tidak melawan saat tangannya kembali ditarik oleh Hayate.

"Kadang juga ada manusia yang tahu batasan dirinya sendiri, tapi dengan sengaja melewati batas itu tanpa mempedulikan dirinya sendiri," ujar Hayate tanpa mengalihkan pandangannya dari tangan Icha.

Icha tertawa remeh. "Aku semenyedihkan itu?"

Hayate mengangkat kepalanya, menatap Icha yang sama sekali tidak membalas tatapannya. "Kamu, bukan orang yang mudah hancur. Aku yakin kamu sudah menerima serangan bertubi-tubi dan berhasil membuatmu runtuh."

Lagi-lagi cewek itu tertawa. "Enggak begitu, kok. Kenyataannya hanya karena satu hal kecil, aku bisa seperti ini."

"Nggak mungkin, kan, cuma karena masalah itu kamu bisa begini?" tanya Hayate dengan tawa getir.

"Cuma masalah itu gimana, Hayate-kun? Kurasa masalahnya bukan se-sepele itu," ujar Shunta yang diam sejak tadi.

"Tunggu, kamu udah tau?" tanya Febi mendengar ucapan Shunta.

Sougo mengangguk. "Kenapa kalian bisa tau?"

"Ah, waktu itu aku nggak sengaja dengar." Shunta melirik Icha untuk melihat ekspresi cewek itu.

"Maksudmu kemarin sore?" tanya Sougo yang dijawab gelengan oleh Shunta.

"Bentar, aku sama sekali nggak paham." Jinto mengangkat satu tangannya mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

Hayate mendengus. "Lihat, aku pikir mereka melihat hal yang berbeda."

"Apapun itu, bukannya sama aja. Nggak ada hubungannya dengan kalian."

"Kamu terlalu meremehkan dirimu sendiri." Ucapan Hayate berhasil membuat Icha menatap cowok itu, lalu bergantian menatap empat orang lain yang ada disana.

"Itu ... urusanku sendiri, kan? Lagipula untuk apa kalian disini? Jinto-kun, bukannya waktu itu kamu dengar kalau aku dibilang menyuruh orang untuk mencelakai Hani dan Fia? Febi, aku juga sempat kasar ke kamu. Lalu Sougo, aku pikir kamu sakit hati karena aku. Dan Shunta-kun, sebaiknya kamu jangan dekat-aku karena itu membahayakanmu."

"Yang terakhir itu, maksudnya apa?" tanya Sougo sambil menatap Icha dan Shunta bergantian.

Icha tidak menjawab. Cewek itu memutar tubuhnya membelakangi mereka. "Tolong kalian pergi dari sini sekarang."

"Aku beruntung bisa ketemu kamu," ujar Febi. "Kalau misal waktu itu aku nggak ketemu kamu, dan aku cuma ketemu sama Hani dan Fia, aku nggak tau sekarang bakal gimana."

"Tapi kalau kalian nggak ketemu aku, kalian nggak akan sekacau ini, kan? Karena masalah utamanya ada di aku."

"Kamu ngomong apa, sih?" Febi menghela napas panjang. "Ayo cerita, biar kita bisa bantu."

"Bukan masalah besar. Aku masih bisa handle."

"Dengan cara melukai diri sendiri seperti itu?" Jinto meletakkan alat pel yang tadi ia gunakan untuk membersihkan lantai lalu mendekat. "Kalau kamu sendirian, itu bisa membahayakan dirimu sendiri, tau?"

"Jinto-kun, bukan begitu caranya," ujar Hayate.

"Itu semua karena kalian yang dengan seenaknya mendobrak kamarku, kan?" Icha sama sekali tidak berbalik untuk menatap mereka. "Kalau kalian cepat pergi, aku tidak mungkin melukai diri sendiri."

"Soal itu, kami minta maaf," ujar Hayate. "Tapi itu karena kami mengkhawatirkanmu."

"Terimakasih sudah khawatir. Tapi aku minta kalian keluar sekarang."

"Kurasa memang kita harus keluar dulu. Dia pasti butuh waktu untuk sendiri." Shunta mundur dan perlahan menarik Sougo. Diikuti Jinto, Febi, dan Hayate yang ikut keluar dari kamar itu.

"Aku minta maaf. Aku nggak beneran mau kalian pergi."

.
.
.

19 February 2023 .

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang