50-MENYERAH SAJA?

44 11 5
                                    

"Kau yakin bisa berjalan sendiri?" Tanya Koki pada Icha.

"Aku bisa. Tenang saja," ujar Icha sambil meraih tasnya yang tadi diambilkan oleh Koki.

"Baiklah, aku akan mengikutimu dari belakang," ujar Koki.

Tetap saja, walau dibilang baik-baik saja, cara berjalan Icha menjadi sedikit lambat.

"Hei? Kau yakin bisa berjalan sampai rumahmu?" Tanya Koki saat mereka sudah keluar dari gerbang.

Icha mengangguk, "kurasa bisa. Tapi mungkin sedikit lamban."

"Umm ... mau kugendong saja? Biar lebih cepat," tawar Koki.

"Tidak perlu. Kau bisa berjalan duluan kalau merasa aku menyusahkan."

"Ehh?? Bukan begitu maksudku," Koki menyejajarkan langkahnya dengan Icha, "aku ... hanya kasihan."

"Dan aku tidak perlu dikasihani," tolak Icha.

"Bukan begitu juga," Koki sedikit mengacak rambutnya, "bagaimana ya, menjelaskannya? intinya daripada kau kesulitan-"

"Ah, sudahlah. Lupakan," potong Icha.

"Tapi kan rumahmu masih lumayan jauh."

"Aku tahu," ujar Icha.

"Nah, kalau begitu," Koki menyentuh pundak Icha dan menyerahkan tasnya di tangan Icha, "biar kugendong, ya?"

Tanpa basa-basi, Koki segera berjongkok tepat didepan Icha, "ayo, naik. Akan kuantar sampai rumahmu."

"He?"

Koki menoleh dan matanya sedikit menyipit karena matahari sore, "ayo."

"Aku?"

"Bukan, tapi orang dibelakangmu," ujar Koki malas.

"Eh?" Dengan bodohnya Icha menoleh kebelakang dan tidak mendapati seorangpun dibelakangnya.

Hal itu membuat Koki menepuk dahinya cukup keras, "memangnya yang kakinya sakit siapa? Kau kan? Cepat."

"Sudah kubilang tidak perlu. Aku masih bisa berjalan sendiri," ujar Icha.

Koki berdecak pelan, "aku hanya khawatir kalau sampai kakimu semakin memburuk," saat mengatakan itu, Koki sudah membalikkan wajahnya kedepan.

"Kurasa ... baik-baik saja kalau hanya kupakai berjalan pulang."

"Oi, sudahlah. Aku tidak mau berdebat denganmu. Semakin panas disini," ujar Koki.

"Baiklah. Tapi katanya aku berat," ujar Icha.

"Aku berani bertaruh kalau beratku lebih berat daripada kau," jawab Koki.

Icha mengalah. Eh? Memangnya benar kalau dia mengalah? Lagipula tidak ada salahnya menerima tawaran Koki tadi.

Berat apanya?! Batin Koki.

Icha meletakkan tas milik Koki diatas kepala Koki, "tadi kau bilang disini mulai panas, kan? Jadi biar 'kupayungi' kepalamu."

Koki hanya menggerutu tanpa suara sambil terus berjalan.

"Oh ya, omong-omong, katanya kau tidak suka pulang bareng seseorang?" Tanya Icha mencoba memecah keheningan disana.

"Bisa dibilang begitu. Memangnya kata siapa?"

"Banyak orang. Lalu kenapa sekarang kau menawariku pulang bersama?"

Koki terdiam sebentar, terlihat sedang berpikir, "kenapa ya-? Entahlah. Itu tidak penting."

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang