57-BIMBANG

34 5 8
                                    

Shunta sedang berjalan menuju kelas ketika seseorang menepuk pelan pundaknya.

"Saka?" Sejak ini Shunta sudah bisa merasakan firasat yang buruk.

"Boleh bicara sebentar?" Saka mengisyaratkan Shunta agar mengikutinya.

Shunta mengangguk ragu lalu perlahan mengikuti langkah Saka menuju ruang kesenian.

"Jadi," Saka menutup pintu dan berbalik kearah Shunta, "aku yakin kau sudah tahu alasanku membawamu kesini."

"Tentang kemarin sore?" Tebak Shunta.

Saka mengangguk, "aku hanya ingin membungkam mulutmu, setidaknya sampai tujuanku tercapai."

"Tujuanmu? Apa?"

Bukannya menjawab, Saka justru mengamati pisau lipat yang entah sejak kapan berada ditangan kanannya, "bagaimana, ya? Apa kau bisa menjaga rahasia kemarin?"

"Tentang kau yang hampir mencelakai Icha kemarin?! Hei, walau aku tidak terlalu dekat dengannya, tapi dia adalah bagian dari klubku!"

Saka berdecak pelan, "ah, sudah kuduga kau akan membentakku. Kalau begitu, aku harus mengancammu, ya?"

Shunta mundur satu langkah saat Saka membuka pisau lipatnya, "apa maksudmu?"

"Hm, gadis sekelasmu itu, ya? Siapa namanya? Fia?"

"O-oi! Apa maksudmu menyebut namanya seperti itu?!"

Kali ini Saka tersenyum miring. Tebakannya benar, "yah, kalau begitu aku memegang namanya. Kalau kau mengatakan sesuatu yang buruk tentangkuー"

"Aku paham!" Potong Shunta, "aku hanya perlu menjaga rahasia ini, kan?"

Saka mengangguk, "syukurlah kalau begitu. Ketika aku sudah selesai dengan urusanku, aku akan mengatakan padanya bahwa kau sudah melindunginya. Jadi dia akan sangat berterimakasih padamu."

"Aku tidak membutuhkan itu. Cepatlah pergi dan jangan membahayakan siapapun," jawab Shunta.

"Aku akan pergi secepatnya, tapi kalau soal tidak membahayakan siapapun itu, aku tidak bisa," ujar Saka sambil mendahului Shunta keluar dari ruangan.

"Dan pada akhirnya aku tidak bisa melindungi siapapun," gumam Shunta.

Andai saja Shunta memang sekuat itu. Pasti ia akan segera menangkap Saka dan memaksanya mengatakan tujuannya tanpa harus membuat Fia seakan menjadi sandera.

Kenyataannya saat ini Shunta hanya bisa diam untuk tidak membuat semuanya semakin kacau.

"Harusnya memang kemarin kau tidak perlu menolongku, ya?" Tiba-tiba saja Icha berjalan disamping Shunta.

"Tak apa. Itu bukan masalah," jawab Shunta.

"Tentu itu masalah. Dan kau tidak perlu berbicara apapun tentang kemarin, ini demi kau ... dan Fia juga," ujar Icha.

Shunta tiba-tiba berhenti dan menoleh kearah Icha, "bukan hanya demi aku dan Fia. Tapi bagaimana denganmu?"

"Sudahlah. Jangan pikirkan aku, itu biarkan jadi urusanku sendiri."

"Lalu tentang Saka? Sebenarnya dia siapa?"

Icha kembali berjalan dan Shunta mengikutinya, "aku juga tidak tahu, yang jelas dia terlihat sangat dendam padaku."

"Hee?! Kau tidak mengenalnya?" Tanya Shunta tidak percaya.

"Dia sudah mengancamku sejak kita berada di Bali waktu itu."

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang