67-BROKEN

13 5 4
                                    

Acara perkemahan itu akhirnya selesai minggu pagi, meski sempat ada sedikit masalah-masalah kecil yang menggangu. Seluruh rangkaian kegiatan yang telah dijadwalkan bisa mereka lewati tanpa ada masalah lain.

Perjalanan kembali ke sekolah ternyata lebih lama daripada ketika mereka berangkat, membuat bus yang mereka tumpangi sampai di sekolah tepat pukul duabelas siang. Para murid memutuskan untuk langsung pulang ke rumah masing masing. Kecuali Febi yang saat ini justru memilih untuk mampir ke apartemen Icha dengan alasan bahwa jarak apartemennya sendiri terlalu jauh.

"Cha, kamu dateng-dateng langsung main laptop gitu?" tanya Febi yang sedang berbaring di sofa panjang sambil memeluk bantal.

"Masalah? Handphone gue lowbat, makanya mending main laptop."

"Orang lain sih istirahat, makan, atau apa gitu. Nggak capek emang?"

Icha menggeleng. Ia memilih memutar video musik di youtube menggunakan laptopnya. Lalu ia berdiri setelah meletakkan laptopnya diatas meja. "Gue ambil minum dulu."

"Oke," sahut Febi. Ia kemudian melirik laptop Icha dan berniat mengganti video musik yang terputar, maka dari itu ia mendudukkan dirinya dan meraih laptop silver itu.

Namun jari telunjukknya berhenti bergerak ketika melihat salah satu tab yang menunjukkan halaman email. Entah kenapa tiba-tiba ada rasa penasaran.

Emang masih jaman, ya, tukar pesan pakai email?

Jarinya mengarahkan kursor untuk membuka tab tersebut. Benar saja, disana sedang terbuka sebuah pesan masuk dari akun email lain yang tidak Febi kenal.

Alisnya menyatu ketika ia membaca subjek pesan tersebut, lalu bola matanya membulat membaca baris demi baris tulisan yang di hadapannya.

Tiba-tiba laptop tersebut sudah terlepas  dari hadapannya. Membuat Febi otomatis mendongak, menatap si pemilik laptop yang terlihat kesal.

"Nggak sopan liat-liat barang orang tanpa ijin," ujar Icha datar.

"Tapi, Cha, itu tadi—"

"Keluar," potong Icha.

Seolah tak bisa dibantah, Febi perlahan berdiri dan mengambil barang-barangnya sendiri. "Cha, tapi sejak kapan—"

Icha tidak lagi mendengarkan ucapan Febi, ia hanya berbalik lalu berjalan menuju kamarnya sambil membawa laptop tadi. Sama sekali tidak membiarkan Febi menyelesaikan ucapannya.

.

"Han, kamu penasaran nggak, sih? Rumah ini, tuh, punya Icha atau jangan-jangan cuma nyewa?"

Belum juga Hani selesai melepaskan ransel dari pundaknya, seolah Fia ingin menambah bebannya. "Bisa nggak, sih? Lo kalau overthinking tuh dipendem sendiri?"

Fia menghela napas panjang, "kan nggak lucu kalau nanti tiba-tiba ada tagihan buat bayar rumah ini."

"Kalau lo kepikiran, ya tanya aja sendiri sama dia."

"Dan kalau emang rumah ini nyewa?" Fia terus membuntuti Hani sampai didepan kamarnya.

"Ya kita bayar," jawab Hani.

"Pakai uang siapa? Kamu pikir nyewa rumah di sini murah?"

Hani mendengus lalu melepas ranselnya, membiarkannya tergantung di telapak tangannya, "lo tau, kan, kondisi keuangan gue gimana? Gue kesini juga cuma modal nekat, Fi. Gue yakin kondisi keuangan lo jauh lebih baik daripada gue."

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang