^Icha
___________________________________
"Tuh kan, gue bilang apa. Ketua klub kita itu udah ngelupain kejadian kemarin!" ucap Hani pada Fia ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang.
Mereka memang meminta izin pada pemilik tempat mereka bekerja untuk libur pada hari dimana ada kegiatan klub.
"Bukannya lupa. Dia cuma nggak mau aja ngebahas hal nggak penting didepan semua anggota klub!" bantah Fia.
"Tapi dia nggak ada tanda-tanda kalo dia ilfil atau benci ke lo. Udah deh!"
"Tapi sama aja aku malu kalo ketemu sama dia lagi. Mau ditaruh dimana muka aku kalo setiap minggu ketemu sama dia?"
"Ya muka lo tetep di kepala lo, Fi! Nanti juga lama-lama bakalan lupa deh tuh kejadian!" Ucap Hani mempertahankan pendapatnya.
Fia diam. Malas rasanya untuk berdebat dengan Hani jika masalah seperti ini. Pastilah Fia kalah.
"Pokoknya kalo dia ilfil sama aku, itu salah kamu sama Febi, titik!" Ucap Fia mengakhiri perdebatan mereka.
Hani hanya menanggapi ucapan Fia dengan mengedikkan bahunya acuh.
.
"Cha?" Panggil Febi ketika Icha baru saja meletakkan tasnya di mejanya.
Icha menoleh, "ya?"
Febi menunduk, "anu ... maaf"
"Ha? Maaf kenapa?" Tanya Icha yang tidak mengerti kenapa Febi tiba-tiba minta maaf.
Febi mengarahkan pandangannya kearah manapun, kecuali kearah Icha, "maaf lancang, waktu itu aku sempet liat sms di hape kamu"
Icha mengangkat sebelah alisnya, "sms?"
"Iya" Febi mengangguk.
"Sms yang mana?"
"Dari adikmu" jawab Febi singkat.
Icha membulatkan mulutnya dan bergumam 'oh' panjang, "Terus kenapa?"
Seketika Febi mengangkat wajahnya untuk menatap Icha dengan tatapan tidak percaya, "kok nggak marah?" Tanya Febi dengan polos.
Icha tersenyum kecil mendengar pertanyaan Febi, "lo mau gue marah?"
Febi menggeleng dengan cepat, "nggak"
"Terus?" pertanyaan sederhana sebenarnya, tapi entah kenapa Febi kesulitan menjawab.
"Kamu punya adik, ya?"
Icha mengangguk, "iya"
"Semalem juga aku sempet denger kamu terima telepon. Dari adikmu?"
Icha mengangguk lagi, "udah bisa ditebak"
"Maaf ya, semalem nguping"
Untuk ketiga kalinya Icha mengangguk, "bukan masalah. Gue nggak berniat buat jadi orang yang terlalu misterius"
Febi tersenyum sampai matanya menyipit, "makasih, ya!"
Bukannya balas tersenyum, Icha justru melemparkan bantalnya tepat kearah wajah Febi. Dan tepat sasaran, hal itu membuat Febi sedikit terhuyung kebelakang.
Melihat ekspresi Febi yang berubah drastis setelah dilempar bantal, Icha tertawa kencang, membuat Febi semakin cemberut.
"Lucu!" Seru Icha disela tawanya.
###
Di Indonesia, hari ini adalah hari terakhir ulangan akhir semester satu disekolah seorang remaja laki-laki bertubuh tinggi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The 'Cause We Met
Teen Fiction[SLOW UPDATE] "Jadi kalian semua minggat juga?" -Icha. "Aku capek dirumah, semua nggak ada yang peduli sama aku. Jadi lebih baik aku pergi dari rumah" -Fia. "Iya, mereka juga nggak peduli sama yang aku inginkan. Mereka nggak pernah jadi remaja mung...