21-KLUB!

54 21 0
                                    

Fia berjalan masuk kerumah dengan menghentakkan kakinya keras-keras. Semua curiga kalau saat ini kaki Fia sudah kemerahan.

"Lo kenapa, sih, Fi?" Tanya Icha yang mulai risih.

Fia mendudukkan dirinya di sofa tepat seberang tempat Icha duduk, "coba aja tanya sama mereka berdua" ucap Fia sambil mengarahkan pandangannya pada Hani dan Febi yang duduk dibawah.

"Halah cuma gitu doang ngambek, kan kita ngasih lo kesempatan buat deket sama—"

"Ya tapi nggak gitu, Han!" Bantah Fia.

Icha menegakkan duduknya sambil memeluk bantal, "emang siapa yang nabrak lo tadi?"

"Ketua klub kita, itu loh, siapa sih namanya? Anak dance juga, kok. Namanya ribet, ih" ucap Hani sambil bergumam sendiri.

Icha mengerutkan dahinya, berpikir sebentar, "anak dance yang namanya ribet itu, antara Jyutaro atau Tsuyoshi. Tapi nggak mungkin Jyutaro, berarti—?"

Hani mengangguk, "iya itu"

"Namanya nggak ribet, sih" ucap Febi.

"Bodo ah, pokoknya itu" ucap Hani sambil mengibaskan tangannya.

"Terus? Fia naksir sama dia?" Tanya Icha.

"Kayaknya sih iya, diliat dari ekspresinya pas ketemu sama dia" jawab Hani.

"Tapi kayaknya orangnya galak, ya?" Tambah Febi.

"Enggak, kok. Tsuyoshi nggak galak, mukanya aja yang emang kayak gitu dari lahir" balas Icha.

"Kok Fia bisa suka ya?" Ucap Hani.

"Eh tapi kalo senyum bikin meleleh, sih" ujar Febi.

"Pantesan Fia naksir"

"Kalian tuh, kalo mau ghibahin aku, ya jangan didepanku dong" sewot Fia yang masih menyimak pembicaraan daritadi.

"Loh, daripada ngomongin di belakang? Mending ngomongin di depan, kan?" Jawab Icha.

Fia menatap Icha dengan tatapan datar, "mending diomongin dibelakang" kemudian Fia berdiri untuk masuk ke kamarnya.

###

"Nggak usah. Lo mending jangan nyusul gue kesini" sudah tepat pukul satu dini hari ketika Icha menerima telepon dari nomor Indonesia itu.

"Enak aja lo kabur nggak ajak-ajak. Pokoknya keputusan gue juga nggak bisa diganggu gugat, gue tetep bakal nyusul lo kesana" terdengar suara orang keras kepala dari ponsel Icha.

Icha mengusap wajahnya kasar, "terserah, cari aja dimana posisi gue. Gue nggak mau ngasih tau gue ada dimana"

Orang yang ada diseberang telepon berdecak malas, "gue nyari lo di negara mana aja susah, tau. Ayolah, jangan kekanakan"

"Sekarang siapa yang kekanakan? Gue, atau lo yang maksa buat nyusul?"

"Lo" jawab orang itu datar.

Icha menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan, "tolong pikirin juga apa yang bakal papa lakuin ke gue, kalo dia tau, lo ngilang cuma gara-gara nyusul gue"

Orang diseberang telepon itu terdiam, "oke, gue nggak akan kabur. Tapi gue bakal alesan buat liburan. Gue harap lo nggak keberatan" ucapnya sambil memberi penekanan pada kata terakhir.

Setelah itu sambungan diputuskan secara sepihak oleh Icha. Sekarang beban pikirannya seakan bertambah sekardus.

Saat ini Icha berada didapur. Teman-temannya sudah dipastikan sedang bermimpi hingga entah di pulau mana.

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang