66-HAHA

17 6 0
                                    

Beruntung, Fia bukan gadis bodoh yang akan terus berjalan ketika ia tersesat di tempat yang asing seperti hutan ini. Ia masih terduduk di tempatnya tadi, masih memegang sebuah botol kecil yang isinya semakin menipis karena ia sering minum untuk menahan rasa takut dan gemetarnya.

Langit sudah berwarna oranye ketika ia samar-samar mendengar suara beberapa orang yang memanggil namanya. Ia tersenyum kecil lalu berdiri dengan berpegangan pada pohon sandarannya tadi.

Fia mengambil nafas panjang sebelum akhirnya berusaha merespon teriakan orang-orang yang mencarinya. "Semuanya, aku disini!"

Ia tersenyum lagi ketika mengetahui bahwa suaranya berhasil didengar oleh mereka yang sekarang menyuruhnya untuk tetap berada di tempat.

Sekarang ia sudah bisa mendengar suara langkah kaki yang menginjak dedaunan. Akhirnya ia bisa bernapas lega, apalagi mengetahui bahwa laki-laki jangkung itu ikut mencarinya.

"Kamu nggak papa, kan?"

Fia mengangguk. "Nggak papa."

"Yaudah ayo balik."

###

"Katanya Fia udah ketemu," ujar Febi ketika ia ikut duduk di depan tenda Icha.

"Biarin. Nanti juga balik ke tenda."

"Kamu nggak mau nyamperin, terus minta Fia buat jelasin kenapa dia bisa tersesat gitu? Soalnya daritadi kamu terus yang dituduh, kan?"

Icha menggeleng. "Nggak."

"Cha," panggil Febi dan membuat Icha otomatis menoleh. "Suasana akhir-akhir ini beda banget, ya, sama dulu waktu kita berempat pertama kali ketemu."

Mau tidak mau, Icha mengangguk menyetujui ucapan Febi. Padahal pertemuan mereka berempat di bandara dulu belum terhitung lama. Dan sekarang malah mereka seperti berpencar dan berjalan pada jalan masing-masing.

"Mungkin emang kita berempat nggak cocok aja," sahut Icha.

"Aku pikir, yang nggak cocok tuh cuma Hani."

Icha tertawa kecil mendengar nada kesal itu. "Kenapa, sih? Sensi banget sama dia?"

Febi membulatkan kedua matanya karena teringat hal yang terjadi waktu penjelajahan tadi. Ia lalu mengubah duduknya menghadap Icha dan bersiap meledak.

"Kamu tau nggak? Tadi siang dia nempel-nempel mulu ke si anu. Mana tadi dia pake nyindir aku cuma karena aku liat bendera yang ada di pucuk pohon tinggi dan bilang ke tim kalau misal ada yang mau ngambil gitu. Parah, sih."

Icha mengangguk-angguk. "Nanti lo tidurnya setenda sama dia, kan?"

"Maunya sih tukeran aja sama yang lain."

"Terima aja takdir. Udah berusaha ngejauh, tapi tetep jadi deket tuh namanya takdir," balas Icha.

.

Keadaan sudah kembali normal ketika Fia bisa meyakinkan semua orang bahwa fisik dan mentalnya baik-baik saja. Bahkan sekarang ia baru saja selesai mandi dan masuk ke tendanya.

Di dalam hanya ada Icha yang terlihat tidak menoleh sama sekali ketika Fia membuka tenda. Setelah meletakkan alat mandinya kembali ke dalam tas, Fia mencoba mengajak bicara.

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang