Malam hari
"Kamu tadi mau cerita apa, Han?" tanya Fia pada Hani yang sedang bersiap membuka laptop.
"Kalo gue cerita, lo jangan bilang siapa-siapa, ya?"
Fia mengangguk, "kamu tau aku nggak ember orangnya"
"Jadi tuh sebenernya- eh lo tau kan anak klub dance yang dapet dare buat jalan sama Icha tadi?"
"Iya, kenapa? Koki, kan?" tanya Fia memastikan.
"Jadi, gue naksir sama dia"
Fia hampir tidak percaya, sahabatnya kali ini menyukai seseorang, "beneran?"
"Iya, tapi keliatannya dia deket sama Icha, ya?"
"Gimana kalo kita minta tolong Icha aja buat comblangin kamu sama dia?" usul Fia.
"Big no! Ya gue nggak enak dong sama Icha"
Fia berdecak, "nggak papa kali, kalo kalian jadian kan lumayan, tuh"
Hani terlihat berpikir sebentar sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya, "nggak usah deh, biar gue usaha sendiri buat itu"
Fia tersenyum, "semangat ya, aku dukung kamu yang paling depan, deh!"
"Makasih, ya!"
###
Pagi ini Icha bangun pagi-pagi sekali. Sebenarnya kurang tepat jika dibilang sudah bangun, karena semalaman ia hanya tidur dari jam sebelas dan terbangun jam dua sampai saat ini-jam lima pagi.
"Akhirnya belum jadi belanja ya kemarin" gumamnya melihat isi kulkas.
"Mi instan atau sarden lagi?" tanyanya pada diri sendiri.
Dan akhirnya Icha mengambil dua kaleng sarden instan dan memasaknya. Setelah meletakkan masakannya disebuah piring, tiba-tiba dadanya sesak dan ia kesulitan untuk bernapas.
Sebisa mungkin ia sedikit berlari ke kamar mandi, dan menumpukkan kedua tangannya ditembok.
Sialan! Kenapa pagi-pagi begini, sih?!
Icha meng-antukkan kepalanya ketembok dengan pelan, berharap bisa menggantikan rasa sakitnya. Hampir duapuluh menit ia berdiam disana sampai dia merasa lebih baik.
"Oke, kali ini harus baik-baik aja" ucapnya pada dirinya sendiri.
Ia keluar dari kamar mandi dan menuju kamarnya. Dia lihat sebenarnya Febi sudah bangun tetapi masih sibuk menunduk dengan novel milik Icha ditangannya.
"Udah bangun, Feb?" yang ditanya mengangguk dengan pikiran masih terfokus pada novel.
"Mandi sana, sarapan udah siap"
"Ini masih jam berapa? Dan kamu udah rapi pake seragam, segala pake siapin sarapan juga?" ucap Febi tidak percaya.
Kalau dipikir-pikir sebenarnya memang Icha yang bersiap-siap terlalu pagi. Dan ia sama sekali tidak menyadari itu.
"Yaudah sih. Cuma lagi pengen bangun pagi aja" ucap Icha sambil menyisir rambutnya didepan cermin.
"Aku nanti aja siap-siapnya, nanggung tinggal sekitar limapuluh halaman"
Icha mengangguk dan duduk ditempat tidurnya sambil membuka ponselnya. Ternyata dari semalam banyak notifikasi yang ia lewatkan, salah satunya adalah ia diundang di Line grupchat klub dance.
Bahkan ratusan notifikasi dan chat dari klub itu terkirim disatu waktu ketika Icha menghidupkan data selulernya.
"Gila, notif grup klub aja rame banget semalem" gumamya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The 'Cause We Met
Teen Fiction[SLOW UPDATE] "Jadi kalian semua minggat juga?" -Icha. "Aku capek dirumah, semua nggak ada yang peduli sama aku. Jadi lebih baik aku pergi dari rumah" -Fia. "Iya, mereka juga nggak peduli sama yang aku inginkan. Mereka nggak pernah jadi remaja mung...