44-DITIPU!

41 8 1
                                    

Fia duduk dibalik etalase kaca berisi kue-kue manis yang dijual di toko itu.

Ia sungguh betah bekerja disini. Sepasang suami istri pemilik toko ini sangat baik padanya. Dan terkadang kelakuan mereka sering membuat Fia senang sendiri. Bagaimana tidak? Mereka berdua sudah cukup tua, tapi tetap saling perhatian dan menyayangi.

Mama sama Papa kalau tua nanti bakal seperti ini atau nggak, ya?

Fia ingat. Bahkan kedua orangtuanya itu sangat jarang berkomunikasi. Keduanya memiliki pekerjaan yang berbeda, membuat mereka terkadang tidak nyambung jika mengobrol soal pekerjaan.

Ayahnya adalah seorang pilot dari salah satu maskapai penerbangan, membuatnya jarang dirumah. Sedangkan ibunya adalah seorang desainer terkenal yang juga sering diundang ke luar negeri.

Dia sering sendirian. Padahal kalaupun kedua orangtuanya itu hanyalah seorang pemilik toko kue yang setiap hari bisa mengobrol dengannya sambil menjaga toko, itu sudah cukup untuk Fia agar tidak kesepian.

Bel diatas pintu toko berbunyi. Fia segera berdiri untuk bersiap menyambut pelanggan.

"Loh, Febi?"

Febi mengangguk, "halo, lama nggak ketemu."

Fia mengerutkan kedua alisnya, "hah? Kamu ngomong apa sih?"

"Lupain. Aku mau beli cupcakes yang semanis aku," ujar Febi sambil mengamati satu persatu cupcakes di etalase.

"Maaf, Feb. Cupcakes disini manis semua, nggak ada yang pahit."

Febi merengut, "yaudah iya. Aku mau yang ini," ujarnya sambil menunjuk sebuah cupcakes dengan hiasan strawberry diatasnya, "empat, ya," tambahnya sambil mengacungkan keempat jarinya.

"Banyak banget. Buat apa?"

"Oleh-oleh buat kalian yang dirumah. Aku mau kesana sebentar."

###

"Ding dong!" Ujar Febi ketika memasuki rumah yang dulu pernah jadi tempatnya tinggal.

Icha sedang duduk bersila disofa ruang tamu sambil memeluk sebungkus besar snack kentang. Sedangkan Hani duduk di sofa yang lain sambil menonton acara televisi.

"Kalian nggak kaget kalo aku tiba-tiba kesini?" Tanya Febi ketika tidak ada reaksi yang berarti diantara mereka.

"Nggak, kecuali kalo lo udah jadi setan," jawab Icha, Hani hanya mengangguk menyetujui ucapan Icha.

Febi merengut lalu langsung ikut duduk disamping Icha, ia meletakkan kue yang dibelinya diatas meja, "tuh, makanan."

Icha menatap kearah Febi dengan tatapan sinis, "lo nggak takut tambah gendut?"

Sontak Febi melotot kearah Icha, "tolong bedain antara chubby sama gendut. Aku tuh termasuk yang chubby!"

"Tumben kesini. Mau ngajak apa lagi?" Tanya Hani.

Febi sepenuhnya mengalihkan perhatiannya pada Hani, "aku mau ngajak jalan-jalan hari Minggu nanti."

"Okay, bye," ujar Icha sambil bersiap berdiri.

Febi menahan lengan Icha hingga membuatnya kembali terduduk di sofa, "kamu apa-apaan sih? Kamu juga harus ikut."

Icha mendelik kearah Febi, "nggak, hari Minggu ada kegiatan klub dance. Gue nggak bisa."

"Kegiatan klub kan siang, aku ngajak kalian paginya," ujar Febi.

"Sama aja, gue harus siap-siap buat siangnya."

"Bentar aja. Ada yang mau aku omongin," rengek Febi.

"Nggak," tolak Icha, "gue nggak ada urusan disini," ujar Icha sambil menekankan setiap katanya.

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang