Andai saja gadis itu memiliki refleks yang lamban, bisa jadi vas berukuran sedang itu berhasil pecah tepat di dahi kanannya.
"Lo kenapa sih!?" hampir saja Icha maju untuk kembali melempar vas tersebut kearah Hani. Sayangnya Febi berhasil dengan cepat meraih vas itu.
"Katanya nggak mau tanggung jawab kalo dia masuk rumah sakit."
Icha menghela napas panjang sebelum akhirnya meletakkan vas tersebut lalu berjalan ke kamarnya.
"Fi, mereka kenapa sih?" tanya Febi sedikit berbisik ketika Icha sudah menutup rapat pintu kamarnya.
"Icha nyuruh orang buat nyegat aku sama Hani tadi, waktu pulang kerja."
"Nggak mungkin. Masa Icha sampe segitunya, sih?"
Fia sendiri hanya mengedikkan kedua bahunya, "mending kamu ngomong sama Icha dulu gih. Biar aku ngomong sama Hani."
"Oke." Febi lalu berjalan ke kamar Icha dan langsung saja membuka pintunya tanpa permisi.
"Cha?"
"Hng?" Icha hanya sedikit menggerakkan kepalanya kearah Febi tanpa melepaskan pandangannya dari ponselnya.
"Ih, kamu ngapain sih?" Febi mendudukkan dirinya di kasur Icha sambil mencoba menengok apa yang sedang Icha lihat.
"Gue nonton drama, kok. Kenapa?"
"Ha? Sejak kapan kamu suka nonton drama?"
"Sejak gue nonton Heroine Shik-- bentar! Kok malah ngomongin drama sih?"
"Oh iya, lupa! Maksudku kamu tadi kenapa sih sama Hani?"
"Nggak tau juga. Gue diem di depan tv, terus tiba-tiba aja dia dateng terus narik gue, terus marah-marah."
"Dia bilangnya marah kenapa?"
"Dia nuduh gue, nyewa orang buat nyelakain mereka berdua."
"Hah? Kok gitu? Tapi kamu nggak mungkin, kan, beneran ngelakuin itu?"
Icha menggeleng, "buat apa? Iri? Nggak penting banget iri sama dia."
"Ih yaudah sih. Terus kamu maunya gimana?"
"Kok nanya mau gue? Tanyain tuh sama dia, maunya apa."
"Udaah. Biarin. Asalkan kamu nggak beneran ngelakuin itu, nggak usah peduliin dia."
"Apa gue keliatan peduli?"
Febi menggeleng pelan, "yaudah. Terserah kamu."
"Bi, lo bisa nggak, nampung mereka dulu di apartemen lo?"
"Hah? Dikira apartemenku itu tempat penitipan?"
"Please, beberapa hari aja. Daripada besok pagi-pagi gue liat mukanya terus tiba-tiba vasnya melayang lagi, gimana?"
Bahaya.
"Yaudah iya. Biar di apartemenku dulu. Udah gitu aja?"
Icha mengangguk, "yaudah lo bawa mereka sekarang."
"Ngusir ceritanya?"
"Iya. Udah buruan gue ngantuk."
"Drama-nya nggak dilanjutin?"
"Besok aja. Udah sana, hush hush."
Mau tidak mau Febi berdiri dan keluar dari kamar Icha lalu pergi ke kamar Hani dan Fia. Kali ini dia mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Kenapa, Feb?" tanya Fia yang membukakan pintu.
"Mau ngomong. Boleh masuk?"
"Boleh," Fia membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan Febi untuk masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The 'Cause We Met
Teen Fiction[SLOW UPDATE] "Jadi kalian semua minggat juga?" -Icha. "Aku capek dirumah, semua nggak ada yang peduli sama aku. Jadi lebih baik aku pergi dari rumah" -Fia. "Iya, mereka juga nggak peduli sama yang aku inginkan. Mereka nggak pernah jadi remaja mung...