19-PENASARAN(?)

54 21 0
                                    

Febi POV

Siapa sih, yang ngasih tau id LINE-ku ke Ryubi?! Omong-omong sejak tadi aku masih belum meng-addback akun Ryubi, bodo amat.

Aku membuka groupchat yang berisi empat penghuni rumah ini-termasuk aku-dan mengetikkan sesuatu. Tapi saat aku ingin mengirim pesan itu, aku berhenti. Percuma, mereka pasti lagi pelajaran, tidak mungkin mereka sempat buka hape.

Yaudahlah, aku mengurungkan niatku untuk berkoar-koar menanyakan siapa yang memberikan id-ku ke Ryubi.

Aku mengamati kaki kiriku. Sebenarnya tidak separah itu, kok. Bahkan tadi aku sudah mengelilingi rumah ini dengan berjalan kaki.

Sepi juga, ya. Aku membuang napas pelan dengan dramatis. Kalau aku sedang di Indonesia, pasti saat ini semua keinginanku dituruti.

Memang begitu. Aku terlalu dimanja oleh kedua orangtuaku, apalagi kalau sedang sakit. Anak tidak tau diri, katamu?

Sini biar kuceritakan selagi aku menunggu teman-temanku pulang.

Bukannya sombong, tapi aku memang lahir dan dibesarkan di keluarga yang- yah, cukup sangat berada, begitu lah. Sejak kecil sebenarnya aku tidak kekurangan perhatian maupun uang. Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan.

Sampai ketika dimana aku remaja. Sebagai remaja normal, aku ingin hidup seperti teman-temanku yang lain. Maksudku, seperti berteman dengan orang yang menurut kita bisa dijadikan sahabat, berpacaran, dan pergi berjalan-jalan dengan teman.

Haha! Boro-boro. Aku memang pernah melanggar aturan orangtuaku, yaitu berpacaran. Kami pacaran secara backstreet dan itu sama sekali tidak enak. Beneran.

Dan pada puncaknya, seminggu sebelum aku memutuskan untuk pergi ke Jepang, seharusnya aku ikut camping acara sekolah tahunan. Tapi orangtuaku melarangku.

Setiap acara sekolah, mereka melarangku. Tapi saat aku tidak mendapat nilai tambahan, mereka memarahiku. Jujur disitu aku mulai muak diperlakulan seperti itu.

Jadi dengan nekat, dan tujuan menyusul pamanku yang ada di Jepang, aku pergi sendirian. Tapi sepertinya niatku gagal. Aku bertemu Fia di pesawat, dan kami memutuskan untuk tinggal bersama.

Setelah itu terjadi hal-hal di chapter sebelumnya, seperti pada akhirnya kita bertemu Icha, mendapat rumah, bersekolah dan lain-lain.

Tunggu. Benar juga ya. Kan aku punya paman di Jepang. Kenapa aku nggak menemuinya? Ah ya, sepertinya aku tau kenapa aku nggak menemui pamanku. KAN AKU TIDAK TAU ALAMAT RUMAHNYA!

Setelah kupikir-pikir, ternyata aku bodoh ya. Coba saja waktu itu aku tidak bertemu Fia dan yang lainnya, pasti aku jadi gembel disini.

Aku membenturkan kepala belakangku ke sandaran tempat tidur dengan pelan. Aku melihat keluar jendela dan menemui langit sudah berubah menjadi oranye.

Sebenarnya saat seperti ini adalah salah satu momen favoritku. Ponselku berbunyi, tanda ada pesan line masuk.

Anak itu lagi.

Dengan malas aku membuka roomchat-nya.

Ikemen Ryuubi

BUKAN! BUKAN AKU YANG MENAMAI KONTAKNYA SEPERTI ITU! TAPI DIA SENDIRI YANG MEMASANG DISPLAY NAME SEPERTI ITU!

Heh. Shareloc.
Aku ingin kerumahmu.
18.12

NGAPAIN COBA DIA MAU KERUMAHKU?

Mau apa?
18.12

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang