68-DAD

20 6 4
                                    

"Icha!" Panggilan tersebut diabaikan oleh si pemilik nama, membuat Febi terlihat sedikit kecewa. Lari kecilnya perlahan terhenti melihat orang yang dipanggil semakin berjalan menjauh.

Aku nggak sopan banget, ya, kemarin?

Sebuah tepukan di pundak kirinya membuatnya menoleh lalu sedikit mendongak untuk melihat wajah menyebalkan si pelaku.

"Cie, yang berantem. Kamu sebenarnya lagi berantem sama siapa, sih? Kok dari kemarin-kemarin kalian udah nggak pernah akur berempat?"

Febi mulai berjalan pelan memasuki gerbang sekolah, sedangkan Hyoma mencoba memperkecil langkahnya agar sejajar dengan cewek itu.

"Kita udah nggak akur berempat itu karena klub kalian. Kenapa, sih, kalian nggak percaya kalau waktu itu Icha cuma difitnah?" kesal Febi. Ia sama sekali tidak menatap Hyoma ketika berbicara.

"Hmm," Hyoma melayangkan pandangannya keatas. "Tapi kalau orang-orang itu nggak kenal Icha, mana mungkin dia bisa menyebut nama dia?"

Febi mengentakkan kakinya lalu berhenti berjalan. "Ya itu berarti ada yang ngaku-ngaku jadi dia. Gitu aja nggak ngerti."

"Terus siapa yang ngaku-ngaku jadi Icha?"

"Mana aku tau. Yang jelas itu pasti orang jahat yang nggak akan aku maafin." Lalu Febi berlari menjauh agar tidak dikejar lagi.

Dan asal kamu tau. Klub kami juga jadi berantakan. Kalau memang orang itu hanya berniat untuk memfitnah dia. Aku juga nggak akan memaafkan orang itu.

.

"Hani marah sama aku," adu Fia pada Tsuyoshi di kantin. Hubungan mereka membaik seolah tidak pernah ada perdebatan sekecil apapun diantara mereka.

"Marah kenapa? Karena kamu mati-matian bela Icha dan yakin kalau dia nggak salah dengan ninggalin kamu sendirian kayak waktu itu?"

Fia refleks menatap Tsuyoshi dengan mata yang membulat. "Kok bisa kamu ngomong gitu?"

"Soalnya kamu terlalu berpikiran positif, Fia. Bukti yang udah jelas ada di depan mata kamu sendiri aja masih bisa kamu sangkal. Seperti waktu kamu dan Hani hampir dicelakai oleh orang-orang suruhan dia," jelas Tsuyoshi.

"Aku percaya sama Icha karena waktu di rumah, aku yakin kalau dia nggak bohong waktu dia bilang bukan dia yang suruh."

Tsuyoshi mengembuskan napas panjang. "Udah, deh. Nggak usah bahas ini lagi."

"Kamu yang duluan. Padahal aku cuma mau cerita kalau Hani akhir-akhir ini jadi sensitif banget ke aku. Dia nggak kayak Hani yang udah aku kenal lama."

"Emangnya dia kenapa?"

"Aku kemarin cuma minta dia patungan, buat jaga-jaga kalau misal rumah yang kami tempati itu ternyata sewa. Aku nggak masalah buat bayar sewanya, tapi aku minta dia ikut bayar makan karena sejak Febi dan Icha keluar dari rumah, aku sendirian yang beli bahan-bahan makanan pakai uang pribadiku.

Tapi ternyata dia bilang kalau dia udah keluar dari tempat dia part-time. Terus aku harus gimana?"

"Dia kenapa berhenti part-time? Apa tabungannya udah banyak?" tanya Tsuyoshi.

"Harusnya enggak. Dia bilang kalau nggak bisa bagi waktu."

"Loh? Dia kesibukannya apa aja?"

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang