"Kak? Kakak kenapa?" Tanya Icha pada seorang lelaki yang sedang duduk dikasur dan membelakanginya.
Tanpa perlu diberi tau, Icha yakin kakaknya itu sedang tidak baik-baik saja. Buktinya, ia menolak ajakan makan malam Icha, padahal biasanya lelaki itu tidak bisa menolak permintaan adik perempuannya itu.
"Kakak nggak kenapa-kenapa, kok. Kamu kenapa belum tidur?" Ucapnya masih membelakangi Icha.
"Ini masih jam delapan, kak. Lagian aku besok libur, kok"
Lelaki itu tersenyum lalu berbalik untuk menatap adiknya, "besok libur? Mau jalan-jalan sama kakak?"
Mungkin pergi berjalan-jalan dengan adiknya bisa membuatnya sedikit lebih baik, pikirnya.
Tanpa pikir panjang, Icha mengangguk mengiyakan ajakan kakaknya, "mau, mau. Sama Rion juga?"
Kakaknya mengangguk sambil merentangkan kedua tangannya, menyuruh adiknya untuk mendekat.
Icha yang saat itu berumur 15 tahun segera menghambur ke pelukan kakaknya. Menurutnya, itu adalah salah satu pelukan terhangat yang pernah ia rasakan.
.
Icha terbangun setelah merasakan hawa dingin yang semakin menyelimutinya. Tanpa sadar air matanya luruh ketika mimpi itu lagi yang terputar dalam tidurnya.
Tanpa mengubah posisinya, Icha kembali memejamkan mata, berusaha sebisa mungkin untuk melanjutkan mimpinya yang terputus.
Pelan, dalam tidurnya, ia menggumam berusaha menolak ajakan kakaknya.
.
"Cha? Jadi mau jalan-jalan sama Rion dan kakak? Rion udah nunggu tuh. Kalo kamu nggak bangun juga, nanti kakak jalan-jalan sama Rion aja" lelaki itu terus saja mengguncang tubuh Icha yang masih terbalut selimut tebal.
Aah, kakaknya itu memang menyebalkan disaat-saat seperti ini. Kan bisa sedikit lebih siang lagi untuk jalan-jalan.
Pada akhirnya Icha menyerah, ia terduduk sambil masih mengucek kedua matanya. Lelaki itu tersenyum karena usahanya berhasil.
"Masa Rion udah bangun, sih? Biasanya dia kan yang paling ngebo"
"Udah, cepet mandi sana. Kakak tunggu dibawah. Kita cuma mau jogging disekitar sini doang"
Icha merengut, "katanya jalan-jalan?"
"Yaudah jalan-jalan disekitar taman aja, gimana?"
Icha mengambil gulingnya dan memukulkannya ke lengan kakaknya, "curang!"
Lelaki itu tertawa, "jadi? Mau, nggak? Kalo enggak yaudah, sih"
"Mau! Masa kakak jarang jalan sama aku, selalu aja sama Kak Kin—"
.
"Cha!" Panggil Febi sambil menghantamkan bantal ke tubuh Icha yang terbungkus selimut seluruhnya.
"Apasih, kak?!!" Refleks, Icha terduduk dan bersiap menyerang balik siapapun yang sedang mengganggu mimpinya.
Ada jeda cukup lama sebelum kembali ada yang bersuara, "kak?" Tanya Febi bingung.
Icha mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang sedang berbicara dengannya. Ternyata Febi.
"Oh?" Icha membulatkan mulutnya dan sedikit menggumam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The 'Cause We Met
Teen Fiction[SLOW UPDATE] "Jadi kalian semua minggat juga?" -Icha. "Aku capek dirumah, semua nggak ada yang peduli sama aku. Jadi lebih baik aku pergi dari rumah" -Fia. "Iya, mereka juga nggak peduli sama yang aku inginkan. Mereka nggak pernah jadi remaja mung...