16-PEKERJAAN BARU

64 20 2
                                    

Pagi hari

Pagi ini berlalu seperti biasa. Mereka berangkat dan menuju kelas mereka masing-masing. Mengikuti pelajaran seperti biasa. Dan tiba saatnya istirahat seperti biasanya.

Kali ini mereka berempat berkumpul dikantin. Tidak ada yang saling menghampiri, dan tidak ada yang menghilang.

"Eh, tadi Shunta ngasih aku form buat ekskul. Ini buat kalian" ucap Fia sambil memberikan mereka selembar form.

"Kalo gue nggak minat gimana?" ucap Icha.

"Nggak tau. Yang jelas tadi katanya harus milih minimal satu, gitu" jelas Fia.

"Aku mau ikut klub fotografi! Kayaknya seru!" ujar Febi.

"Kayaknya gue ikut musik aja. Kalian berdua apa?" tanya Hani pada Fia dan Icha.

"Aku ngikut kamu aja, Han. Klub musik!" ucap Fia.

"Gue ... Kayaknya nggak ikut aja, deh"

"Minimal satu, Cha. Cari aja yang nggak banyak kegiatannya" usul Febi.

"Yaudahlah, nanti gue pikirin"

Tiba-tiba datang Jean dengan tangan kiri menarik kerah belakang seragam Sougo, dan satu tangan lagi membawa sebuah nampan berisi satu mangkuk nasi kari.

"Hei, jangan kau pikir aku lupa dengan yang satu ini" ucapnya pada Icha sambil meletakkan nampan itu dihadapan Icha dan mendudukkan Sougo dengan paksa tepat dikursi seberang Icha.

"Sakit, bodoh!" umpat Sougo.

Icha mengangkat alisnya bingung, "ada apa lagi?"

"Kupikir kau sudah pikun, dan ternyata memang benar. Kau belum menyelesaikan dare-mu waktu itu. Padahal kemarin aku sudah berangkat bersama Daichi dan pulang mengantar Raku!" seru Jean sama sekali tidak santuy.

"Ah, kau masih ingat rupanya. Omong-omong terimakasih karena sudah dibelikan nasi karinya, ya!" ucap Icha sambil mengangguk dan menarik mangkuk nasi ke depannya.

"Kau pikir aku membelikannya untukmu? Kau harus membayar, tau" Jean menarik satu kursi di meja sebelah dan duduk menghadap Icha dan Sougo.

Icha tidak menanggapi ucapan Jean, lalu mulai mengambil satu sendok penuh nasi dan kari, "maaf, tapi aku orang yang pelit" Ia mengarahkan nasi itu kepada Sougo dan membuka mulut seakan menyuruh Sougo juga membuka mulutnya.

"Harusnya kau melupakan dare ini" ucap Sougo sebelum akhirnya membuka mulut untuk suapan dari Icha.

"Kupikir juga begitu" jawab Icha.

.

Seseorang baru saja meletakkan kertas yang terlipat ke dalam laci meja itu. Ia berpura-pura mengobrol dengan orang yang berada di kelas itu, maka tidak ada yang curiga dengannya.

Bibirnya tersenyum miring merencanakan apa yang akan dilakukan setelahnya. Tak lama kemudian ia berdiri dan kembali ke kelasnya. Ya, yang barusan itu memang bukan kelasnya.

###

Bisakah kita bertemu di rooftop
pulang sekolah nanti? Kutunggu sampai
pukul 5 sore.

Tertanda,
Penggemar rahasiamu

Dia kira gue sebodoh itu? Umpat Icha setelah membaca kertas yang tiba-tiba ada dilaci mejanya.

Icha mengabaikan kertas itu dan membuka bukunya. Mata pelajaran Matematika membuatnya mau tidak mau harus berpikir. Bolehkah ia menghapus mata pelajaran ini dari kurikulum?

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang