52-SIAPA?

28 10 0
                                    

Hayate membuka matanya dan menemukan dirinya tergeletak diatas rumput.

Ia mencoba duduk dan mengedarkan pandangannya ke sekitar.

"Di halaman rumah," gumamnya. Kepalanya masih sedikit pusing dan kedua matanya belum dapat menangkap sekelilingnya.

"Sialan, sudah sore," hal yang kemudian diingatnya adalah ponselnya. Ia merogoh sakunya dan menemukan ponselnya dalam keadaan mati.

"Sial! Bagaimanapun juga, pasti sudah dihapus," ia tidak ada niatan untuk mengecek ponselnya.

Bel gerbang rumahnya berbunyi. Dengan susah payah ia meraih apapun untuk pegangan dan berjalan pelan menuju gerbang.

"Hayate-kun?!" Teriak keduanya setelah Hayate membukakan gerbang.

Hayate hampir ambruk jika tidak segera ditahan oleh Sougo, "Icha, tolong bantu aku membawanya masuk."

Icha mengangguk lalu mengambil lengan kanan Hayate untuk disampirkan di bahunya. Sougo menutup gerbang dan menuntun Hayate masuk ke dalam rumah.

"Tidak ada orang?" Tanya Icha.

Sougo perlahan mendudukkan Hayate di sofa, "orangtuanya memang jarang dirumah. Icha, tolong ambilkan kotak obat di samping tangga."

Icha mengangguk dan segera mengambil kotak obat untuk diserahkan pada Sougo.

"Hayate-kun? Apa kau berkelahi?" Tanya Sougo.

"Lebih baik jangan ditanya apapun dulu," usul Icha.

Icha ikut mengambil peran untuk mengobati Hayate, "kau dipukuli?"

"Hei, kau bilang jangan ditanyai dulu," protes Sougo.

"Maaf, ternyata penasaran juga."

"Entahlah. Padahal tadi aku sudah mendapatkan bukti dari orang yang sengaja ingin mencelakaimu saat festival. Meski dia tidak mengakui, tapi dia juga tidak membantah," ujar Hayate.

"Maksudmu? Azura sengaja mendorong Icha?" Sahut Sougo.

Hayate menggeleng pelan, "bukan, dia hanya diancam."

"Siapa yang mengancam?" Tanya Sougo.

Menurut Icha ini mustahil. Tapi ini menjadi tidak mustahil setelah mengetahui bahwa Hayate seperti habis dipukuli oleh orang.

Hayate tidak berniat menjawab pertanyaan Sougo, "perasaan tadi hanya dipukul kepalaku, deh. Kenapa wajahku ikutan bonyok?"

Icha menghela napas panjang, "memangnya kau akan tahu kalau dia memukulimu lagi saat kau pingsan?"

"Tidak,"

"Hei? Aku sedang bertanya," protes Sougo.

"Dan bahkan aku tidak tahu siapa yang memukuliku," lanjut Hayate tanpa memperdulikan Sougo.

"Hah? Maksudmu? Yang memukulimu bukanlah orang yang kau maksud berniat mencelakaiku itu?" Tanya Icha.

"He? Bukan. Orang itu sedang ada dihadapanku saat seseorang menghantam kepalaku dengan sesuatu yang keras."

"Tunggu sebentar, orang yang kau maksud itu ... laki-laki atau perempuan?" Tanya Icha.

"Loh? Perempuan, kan?"

Hayate salah. Kenyataannya bukan dia yang ingin mencelakai Icha.

Icha menghela napas berat,  pantes aja dia nggak ngaku, ujarnya dalam hati.

The 'Cause We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang